PM Italia Giorgia Meloni: Pasokan Senjata ke Ukraina Dapat Bantu Negosiasi Damai

27 Oktober 2022 4:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Italia yang baru terpilih Giorgia Meloni tiba pada upacara pengambilan sumpah di Istana Kepresidenan Quirinale, di Roma, Italia. Foto: Yara Nardi/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Italia yang baru terpilih Giorgia Meloni tiba pada upacara pengambilan sumpah di Istana Kepresidenan Quirinale, di Roma, Italia. Foto: Yara Nardi/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdana menteri baru Italia, Giorgia Meloni, menilai kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina hanya dapat difasilitasi dengan memberikan persenjataan tambahan agar Kiev dapat mempertahankan diri secara militer.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Meloni saat berbicara di hadapan Senat menjelang pemungutan suara kepercayaan pada pemerintah sayap kanan yang baru ia lantik, pada Rabu (26/10).
“Perdamaian dapat dicapai dengan mendukung Ukraina Itu adalah satu-satunya kesempatan yang kita miliki bagi kedua belah pihak untuk bernegosiasi,” ujar Meloni, seperti dikutip dari Reuters.
(Kiri-Kanan) Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Perdana Menteri Italia Mario Draghi dan Presiden Rumania Presiden Rumania Klaus Iohannis berfoto di Istana Mariinsky, di Kyiv, (16/6). Foto: SERGEI SUPINSKY/AFP
Meski persenjataan yang dipasok Italia selama ini tidak menentukan hasil perang, sambung dia, tetapi pasokan senjata tersebut memiliki makna penting bagi Italia untuk menentukan kredibilitas negaranya di ranah internasional.
PM wanita pertama di Italia itu telah berulang kali menyuarakan komitmen dukungannya kepada Kiev. Namun di sisi lain, sekutu koalisinya, Silvio Berlusconi dan Matteo Salvini, berada di posisi yang bertentangan dengan Meloni.
ADVERTISEMENT
Faktor ini dipengaruhi oleh kedekatan Berlusconi dan Salvini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang sudah terjalin jauh sebelum Moskow mengerahkan pasukannya ke Ukraina.

Perselisihan Sesama Anggota Koalisi

Berlusconi selalu berupaya untuk mendorong perbaikan hubungan Negeri Beruang Merah dengan Barat — yang saat ini berada dalam titik terendah sejak Krisis Rudal Kuba 1962.
Namun eks PM Italia itu sadar, dengan masih berlangsungnya perang di Ukraina hingga sekarang, upaya tersebut belum dapat diwujudkan kembali. “Dalam situasi ini kita secara alami berdiri bersama Barat,” ujar Berlusconi.
“Kami harus berupaya untuk mewujudkan perdamaian dan kami akan sepenuhnya melakukan hal itu sesuai dengan sekutu Barat kami dalam menghormati kehendak rakyat Ukraina,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan mantan perdana menteri Italia Silvio Berlusconi di bandara Fiumicino di Roma pada 5 Juli 2019. Foto: Alexey DRUZHININ/SPUTNIK/AFP
Pada pekan lalu, Berlusconi menimbulkan gejolak politik di Italia dan terpaksa berada di bawah pengawasan pemerintah. Sebab, ia diketahui telah menerima hadiah ulang tahun dari Putin berupa 20 botol vodka saat berulang tahun ke-86 pada 29 September.
Terjalinnya komunikasi antara Berlusconi dan Putin terungkap baru-baru ini melalui sebuah rekaman suara yang dipublikasikan oleh media Kanada, La Presse, pada Rabu (19/10).
“Saya berkomunikasi kembali sedikit dengan Presiden Putin, dan untuk ulang tahun saya, dia mengirimkan saya 20 botol vodka dan surat yang sangat bersahabat,” ucap Berlusconi dalam rekaman tersebut, seperti dikutip dari AFP.
“Saya membalasnya dengan botol Lambrusco (anggur merah) dan surat yang sama manisnya,” imbuhnya.

Menyikapi Ukraina, Pemerintahan Meloni Akan Pro-NATO

Sebelumnya, pada April lalu Berlusconi menyatakan kekecewaannya yang mendalam atas keputusan Putin yang mengerahkan pasukannya ke Ukraina.
ADVERTISEMENT
Namun, pada September ia kemudian mengklarifikasi pernyataannya. Berlusconi mengatakan, Putin secara tidak langsung telah didorong oleh Barat untuk menginvasi Ukraina.
Perdana Menteri Italia yang baru terpilih Giorgia Meloni saat upacara pengambilan sumpah di Istana Kepresidenan Quirinale, di Roma, Italia. Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
Dalam pernyataan persnya, ia juga mengisyaratkan bahwa perang yang terjadi dipicu oleh tindakan Presiden Volodymyr Zelensky itu sendiri. Ia juga mengaku khawatir atas dampak dari pengiriman senjata oleh Italia ke Ukraina selama ini.
Adanya perbedaan pendapat antara sesama anggota koalisi ini menjadi tantangan dalam pemerintahan baru Meloni.
Meski begitu, Meloni merespons tindakan Berlusconi dengan mengeluarkan pernyataan berisi penegasan bahwa pemerintahan baru yang ia pimpin akan sangat pro-NATO dan pro-Eropa.
“Siapa pun yang tidak setuju dengan landasan ini tidak dapat menjadi bagian dari pemerintah,” bunyi pernyataan itu.