PM James Marape Kerahkan 10 Ribu Lebih Tentara Jaga di Ibu Kota Papua Nugini

11 Januari 2024 18:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Polisi Papua Nugini. Foto: AFP/NESS KERTON
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Polisi Papua Nugini. Foto: AFP/NESS KERTON
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, mengerahkan lebih dari 10 ribu personel militer untuk berjaga di Ibu Kota Port Moresby dan mencegah terjadinya kerusuhan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Perintah pengerahan puluhan ribu tentara ini dilakukan pada saat Marape juga mengumumkan status darurat nasional selama 14 hari, menyusul tewasnya 15 orang imbas kerusuhan tersebut.
"Hari ini kami menyerukan keadaan darurat selama 14 hari di ibukota negara kami," ujar Marape dalam konferensi pers pada Kamis (11/1), seperti dikutip dari Reuters.
"Lebih dari 1.000 tentara disiagakan untuk mengatasi situasi apa pun yang mungkin timbul di masa mendatang," sambung dia.
Marape yang saat ini sedang berjuang mengatasi krisis ekonomi dan politik di negaranya pun mulai menelusuri penyebab kerusuhan yang melibatkan aparat kepolisian serta warga sipil itu.
Dijelaskan, terdapat empat kepala departemen yang terlibat dalam masalah pemotongan gaji dan kini telah ditangguhkan dari jabatan mereka. Di antaranya yaitu kepala kepolisian dan beberapa birokrat top di Kementerian Keuangan.
Sebuah toko rusak di tengah kerusuhan di Port Moresby, Papua Nugini, Rabu (10/1/2024). Foto: STR/AFP
Meski pemerintah Marape telah berjanji akan memperbaiki 'kesalahan administratif' pemicu pemotongan gaji tersebut — tetapi hal itu tidak cukup untuk meredam amarah warga.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pemerintahan koalisi Marape yang dipimpin Partai Pangu Pati terancam akibat mosi tidak percaya dari kubu oposisi. Terlebih, sejauh ini sudah ada dua anggota palemen yang mengundurkan diri termasuk James Nomane, yang menjabat sebagai wakil menteri perencanaan nasional.
Nomane bahkan merilis video yang berisi ajakan kepada para anggota parlemen lainnya untuk beramai-ramai mendesak pengunduran diri Marape sebagai perdana menteri. Nomane menyayangkan kerusuhan yang menurut dia belum pernah terjadi sebelumnya ini.
"Aksi kekerasan yang dilakukan oleh polisi seharusnya tidak pernah terjadi," ujar Nomane. Ia kemudian menekankan situasi horor saat ini dan ancaman masa depan jika terus membiarkan Marape berkuasa.
"Tembakan, sirene, api, asap, kekerasan, kematian, kekacauan — inilah Port Moresby kemarin saat kota ini terhenti. Warga kami di kota dan di seluruh negeri sekarang hidup dalam ketakutan, tidak yakin akan masa depan, tidak yakin akan apa yang akan terjadi selanjutnya," sambung dia.
ADVERTISEMENT