PM Lee: Hubungan dengan Malaysia Tak Dipengaruhi Kedekatan Singapura & Israel

30 Oktober 2023 18:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (kiri) dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong berjabat tangan pada Leaders' Retreat ke-10 di Singapura pada Senin (30/10/2023). Foto: Ministry of Communications and Information
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (kiri) dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong berjabat tangan pada Leaders' Retreat ke-10 di Singapura pada Senin (30/10/2023). Foto: Ministry of Communications and Information
ADVERTISEMENT
Hubungan Singapura dan Malaysia seharusnya tidak dipengaruhi atau bahkan dipersulit oleh perbedaan hubungan diplomatik kedua negara dengan Israel dan Palestina.
ADVERTISEMENT
Malaysia dan Singapura sama-sama menjalin hubungan baik dengan Israel dan Palestina — tetapi bedanya, Singapura memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel yang dilambangkan oleh penempatan Kedutaan Besar.
Dikutip dari Channel News Asia, komentar itu disampaikan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam konferensi pers gabungan dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Singapura, pada Senin (30/10).
Lee menanggapi pertanyaan soal bagaimana Singapura dan Malaysia — dua negara bersahabat, dapat memastikan bahwa konflik yang terjadi antara Hamas dan Israel saat ini tidak berdampak buruk ke hubungan bilateral dengan Kuala Lumpur.
"Saya rasa hal ini tidak seharusnya mempengaruhi hubungan bilateral kita. Saya rasa kami telah menyampaikan pandangan kami masing-masing mengenai apa yang terjadi di Timur Tengah," ujar Lee.
PM Malaysia Anwar Ibrahim berpidato di acara solidaritas untuk Palestina di Kuala Lumpur, Selasa (24/10/2023). Foto: Twitter/@anwaribrahim
Meski menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, Lee mengecam tragedi kemanusiaan di Jalur Gaza yang menewaskan ribuan orang tak berdosa dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Lee juga mengutarakan dukungannya terhadap solusi dua negara (two-state solution) sebagai jalan keluar dari krisis ini — mendesak agar Israel dan Palestina bekerja sama untuk mencapainya.
Lee menambahkan, Malaysia pun telah memperjelas posisinya dan menekankan bahwa situasinya tidak sama dengan Singapura.
"Karena kami memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi pada saat yang sama, kami memiliki hubungan persahabatan dengan Otoritas Palestina," kata Lee.
"Dan Malaysia memiliki hubungan yang sangat bersahabat dengan Otoritas Palestina, tetapi mereka tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi situasi diplomatiknya tidak sama, tetapi tidak ada alasan untuk hal itu menyebabkan kesulitan antara Malaysia dan Singapura," jelas dia.

Singapura dan Malaysia Serukan Gencatan Senjata

Anwar, pada gilirannya, mengatakan Malaysia mengambil posisi yang lebih tegas dalam menyikapi konflik Israel dan Hamas. Karena, dia merasa konflik di Timur Tengah saat ini adalah 'politik perampasan' yang dibuktikan melalui penjajahan Israel di tanah Palestina sejak 75 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Negara-negara tidak dapat terus menjajah bagian lain dari tanah Palestina," kata Anwar, seraya menegaskan dukungannya terhadap resolusi untuk membuka koridor kemanusiaan di Gaza.
PM Malaysia Anwar Ibrahim berpidato di acara solidaritas untuk Palestina di Kuala Lumpur, Selasa (24/10/2023). Foto: Twitter/@anwaribrahim
"Namun, yang sangat penting untuk saat ini adalah perdamaian serta menghentikan pembunuhan terhadap perempuan, warga sipil, dan bayi," tambahnya.
Terlepas dari perbedaan posisi diplomatik, kata Anwar, Malaysia dan Singapura masih memiliki kesamaan.
Kedua negara sepakat mendukung resolusi di PBB untuk melindungi warga sipil dan menjunjung tinggi kewajiban hukum di tengah-tengah konflik. Resolusi yang disepakati di PBB juga menyerukan gencatan senjata segera, berkesinambungan, dan berkelanjutan — meski ditolak mentah-mentah oleh Israel.
"Posisi tersebut didukung oleh kedua negara dan mayoritas negara di dunia," jelas Anwar.
ADVERTISEMENT