Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
PODCASTLAB: Menelaah Masa Depan Sawit dalam Wujud Biofuel Bersama IPOSS
10 Juli 2024 10:21 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 9 Agustus 2024 14:26 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selama ini, minyak sawit banyak dipakai sebagai minyak goreng, bahan makanan, hingga bahan kosmetik dan sabun. Kini, sawit sudah dikembangkan menjadi bahan biofuel untuk mendukung penggunaan energi terbarukan. Sejauh ini Indonesia telah berhasil mengimplementasikan B-35 yaitu campuran solar dan 35% bahan bakar nabati dari sawit .
Hal ini disampaikan Pendiri dan Dewan Pengawas Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS ), Sofyan Djalil . Dia mengatakan, ekspor sawit mencapai USD 30 miliar dan nilainya bisa terus meningkat jika kita bisa memproduksi minyak sawit untuk biofuel.
Menurut Sofyan, salah satu cara untuk mengendalikan harga sawit agar tidak membanjiri pasar adalah dengan mulai memproduksi biofuel. Jadi, produksinya bisa dilakukan seiring dengan naiknya produksi minyak sawit.
"Statistik kita mencatat produksi kita 50 juta ton per tahun. Tahun 2040, 2045, kita bisa mencapai 100 juta ton per tahun. Kalau kita bisa produksi segitu, maka seandainya digunakan untuk biofuel, maka enggak perlu impor solar," jelas Sofyan dalam PODCASTLAB kumparan yang tayang di YouTube kumparan, Selasa (9/7).
ADVERTISEMENT
“Solar yang kotor bisa kita ganti dengan minyak sawit,” tegas dia.
Lantas, bagaimana cara sampai pada target 100 juta ton dan apa saja peranan IPOSS terkait strategi ini?
Simak selengkapnya dalam PODCASTLAB bersama narasumber Sofyan Djalil , dipandu oleh Pemimpin Redaksi kumparan Arifin Asydhad dan VP of Content Strategy and Innovation kumparan Ikhwanul Habibi.