Polemik Definisi Perempuan di KBBI: Sudah Tepat atau Layak Direvisi?

6 Februari 2021 9:00 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Perempuan (COVER) Foto: Dok. Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perempuan (COVER) Foto: Dok. Shutterstock
ADVERTISEMENT
Vokalis Barasuara, Asteriska, keberatan dengan definisi perempuan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut musisi berusia 32 tahun itu, kata ‘perempuan’ di KBBI memiliki definisi yang negatif.
ADVERTISEMENT
Asteriska menuturkan, definisi negatif itu terjadi karena kata ‘perempuan’ di KBBI erat hubungannya dengan seksualitas. Oleh sebab itu, kata dia, perempuan seolah-olah dilihat dari vaginanya saja.
“Aku terganggu dengan penjelasan perihal perempuan dalam kamus yang fokusnya hanya pada seksualitasnya saja. Yang akhirnya malah membangun image memang begitulah perempuan dari dulu. Kenapa tidak kita ubah image tersebut mulai dari cara kamus menggambarkan seorang perempuan?” tulis Asteriska dalam akun Instagram pribadinya.
Definisi ‘perempuan’ yang dirujuk Asteriska adalah KBBI cetak Edisi V Tahun 2016. Edisi KBBI setebal 2.040 halaman itu merupakan edisi cetak yang paling baru. Terdiri dari 127.036 lema dan makna.
Berikut merupakan definisi perempuan di KBBI edisi cetak tersebut:
ADVERTISEMENT
Orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita; 2 istri; bini:
-- nya sedang hamil; 3 betina (khusus untuk hewan);bunyi
-- di air, pb ramai (gaduh sekali);
-- geladak pelacur;
-- jahat 1 perempuan yang buruk kelakuannya (suka menipu dan sebagainya); 2 perempuan nakal;
-- jalan pelacur;
-- jalang 1 perempuan yang nakal dan liar yang suka melacurkan diri; 2 pelacur; wanita tuna susila;
-- jangak perempuan cabul (buruk kelakuannya);
-- lacur pelacur; wanita tuna susila;
-- lecah pelacur;
-- nakal perempuan (wanita) tuna susila; pelacur; sundal;
-- simpanan istri gelap.
Sementara definisi keperempuanan:
1 perihal perempuan; 2 kehormatan sebagai perempuan: banyak tentara pendudukan yang melanggar keperempuanan wanita.
ADVERTISEMENT
Terhadap definisi di atas, Asteriska tidak memberikan definisi alternatif. Dia menyebut dirinya hanyalah seniman yang hanya menyuarakan pendapatnya melalui media sosial. Vokalis Barasuara ini berharap pemerintah mau mengubah definisi perempuan di KBBI ke arah yang lebih positif.
“Banyak ahlinya yang bisa diajak kerja sama kok untuk mengubah (yang pastinya bukan aku), kenapa susah sekali untuk dilaksanakan,” ungkapnya.
Asteriska Barasuara saat di kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Penjelasan Badan Bahasa Kemdikbud

Menurut Pemimpin Redaksi KBBI Kemdikbud, Dora Amalia, kata ‘perempuan’ dalam bahasa Indonesia itu selain menuju ke orang juga dipakai untuk mengidentifikasi jenis kelamin. Oleh sebab itu, definisi pertama yang digunakan untuk menerangkan perempuan adalah orang yang memiliki vagina.
“Jadi menurut kami penjelasan yang ada di KBBI sudah sesuai dengan deskripsi yang sesuai dengan ciri-ciri biologis dari seorang perempuan yang membedakannya dari laki-laki. Coba bandingkan dengan entri laki-laki. Kami menyebut zakar untuk menyebut jenis kelamin selain orangnya,” kata Dora saat dihubungi kumparan, Jumat (5/2).
Pemred KBBI Kemdikbud Dora Amalia. Foto: Twitter/@badanbahasa
Tak seperti Bahasa Indonesia, kata Dora, Bahasa Inggris memiliki kata lain seperti ‘female’ untuk menerangkan jenis kelamin. Oleh sebab itu, kata ‘woman’ di dunia barat tidak lagi diterangkan ciri biologisnya. Hal inilah yang membedakannya dengan Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam penelusuran kumparan di Oxford Learner's Dictionary, kata ‘female’ merujuk dua makna. Pertama, being a woman or a girl. Kedua, belonging to the sex that can lay eggs or give birth to babies. Sementara kata ‘woman’ didefinisikan sebagai an adult female human.
Tak heran bila penggunaan kalimat dengan kata ‘woman’ yang dicontohkan Oxford Learner's Dictionary memang tak menyinggung perkara biologis maupun seksual. Berikut penggunaan kata ‘woman’ dalam frasa yang dicontohkan Oxford Learner's Dictionary
“Kalau ini dirasa kurang pas lalu usulannya bagaimana? Bagaimana mau menjelaskan jenis kelamin kalau tidak disebutkan jenis kelaminnya?” tambah Dora.
ADVERTISEMENT
Terkait definisi perempuan yang dianggap terbatas pada menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui, Dora menyebut pembacaan itu tidak sepenuhnya tepat. Itu karena ada frasa ‘dapat’ yang bermakna ada potensi biologis yang dimiliki perempuan. Oleh sebab itu, perempuan yang tidak mau hamil bukan berarti dia tak lagi menjadi perempuan.
“Kata ‘dapat’ itu artinya bisa tidak bisa iya. Jadi kata ‘dapat ’ada di sana. Kata itu tolong dimaknai bisa seperti itu,” katanya.
Ilustrasi perempuan hamil. Foto: Pixabay
Meski demikian, Dora menyebut pihaknya terbuka mendengar masukan dari publik terkait definisi yang ada di KBBI. Apalagi pemutakhiran bahasa rutin dilakukan setiap dua tahun sekali. Tepatnya dilakukan setiap April dan Oktober.
Dora mencontohkan definisi ‘Keperempuanan’ di KBBI V 2016 sempat menuai protes di masyarakat. Dalam kamus itu, kata ‘keperempuanan’ digunakan dalam frasa ‘Banyak tentara pendudukan yang melanggar keperempuanan wanita’.
ADVERTISEMENT
“Salah satu isi protes dalam entri keperempuanan. Contohnya (di KBBI) tentang zaman Jepang dulu, ya. Dan itu sudah diperbaiki waktu pemutakhiran bulan april 2020,” ungkapnya.
Dilihat kumparan, contoh frasa itu sudah tidak ada lagi di laman kbbi.kemdikbud.go.id. Namun pemutakhiran itu memang belum dilakukan di edisi KBBI cetak. Dora menuturkan pihaknya memang sedang mengarahkan KBBI untuk diakses secara daring, bukan cetak.

Pandangan Ivan Lanin

Senada dengan Dora, pegiat bahasa Ivan Lanin menyebut kata ‘perempuan’ sudah netral. Oleh sebab itu, definisi kata tersebut tak perlu lagi direvisi. Ivan menganalogikan definisi di KBBI seperti halnya dokter bedah yang sedang melihat tubuh manusia.
“Kalau menurut saya sudah tepat secara definisi biologis. Mungkin yang dipermasalahkan kawan-kawan ini adalah isu-isu ideologis. Itu yang sebetulnya jadi masalah. Kalo kayak gitu juga masalahnya jadi susah. Karena ideologis itu kan tiap orang berbeda,” kata Ivan.
Ivan Lanin. Foto: Instagram/@ivanlanin
Apabila keberpihakan ideologis dipaksakan, kata Ivan, bukan tidak mungkin definisi perempuan akan menjadi siklus yang tidak pernah selesai. Sebab akan ada banyak orang lain yang keberatan terhadap definisi baru. Meski demikian, Ivan masih menunggu seperti apa definisi perempuan dari orang-orang yang mengkritik.
ADVERTISEMENT
“Kan bagus juga kalau lihat perspektif lain. Saya juga penasaran ingin tahu yang mereka anggap bagus itu seperti apa, biar ahli bahasa seperti Bu Dora bisa belajar dari mereka,” ungkapnya.

Kritik dari Komnas Perempuan

Berbeda dengan Ivan, Komisioner Komnas Perempuan, Theresia Sri Endras Iswarini, mengungkapkan kata perempuan di dalam KBBI justru mengandung problem yang patut dikritisi.
Rini menyoroti bagaimana KBBI mendefinisikan perempuan sebagai orang yang dapat menyusui atau melahirkan. Menurut Rini, baik menyusui atau melahirkan bukanlah kodrat, melainkan gender. Oleh sebab itu, dia menawarkan definisi ‘dapat melahirkan dan seterusnya’ diubah menjadi ‘dapat memilih melahirkan dan seterusnya’.
“Ini menjadi penting karena ketika mengatakan perempuan bisa memilih melahirkan dan menyusui, maka kita juga berempati pada mereka yang tidak menyusui dan melahirkan,” kata Rini saat dihubungi terpisah.
Komisioner Komnas Perempuan Theresia Sri Endras Iswarini. Foto: Twitter/@komnasperempuan
Rini memang tak menampik bahwa bahasa adalah cerminan masyarakat. Namun menurutnya, kamus juga dapat menjadi inspirasi laku masyarakat dalam memahami kenyataan. Dia kemudian menyitir pandangan Filsuf Prancis Michel Foucault mengenai pengetahuan sebagai power.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang disoroti Rini adalah sejumlah frasa tentang perempuan yang digunakan dalam KBBI. Mulai dari perempuan geladak pelacur hingga perempuan istri gelap simpanan. Ada 9 frasa negatif terhadap perempuan di KBBI. Sementara itu, kumparan memang tak melihat keberadaan frasa negatif terhadap laki-laki di KBBI.
Sausana saat Aliansi Gerakan Perempuan Anti-Kekerasan (GERAK Perempuan) memadati kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (8/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Oleh sebab itu, Rini berasumsi bahwa mungkin saja penyusun KBBI itu sendiri sejak awal memang sudah bias gender. Sejak KBBI pertama terbit pada tahun 1988, kata dia, sepertinya lebih banyak konotasi negatif ke perempuan.
“Mestinya dia membuat contoh-contoh perempuan negatif misalnya lima, laki-laki juga lima. Ini kan kesannya jadi kayak kita pake hermeneutika kecurigaan, ya-- kok kamu agresif banget sama perempuan, tapi sama laki-laki tidak?” tanya Rini.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Tim Penyusun KBBI, termasuk Dora, telah membeberkan sejumlah alasan mengapa ada frasa yang terkesan negatif terhadap perempuan. Menurut Tim Penyusun KBBI, gabungan kata pada entri perempuan seperti perempuan geladak hingga perempuan simpanan sangat mudah ditemukan dalam korpus dengan frekuensi penggunaan yang tinggi.
"Tim editor mempunyai alasan yang sangat kuat untuk tetap mempertahankannya sebagai suatu fakta kebahasaan yang harus dicatat dalam kamus. Praktik semacam ini sangat jamak dilakukan dalam leksikografi dan dikenal dengan prinsip corpus-based atau corpus-driven lexicography,” tulis Tim Penyusun KBBI dalam keterangannya.
Sejumlah perempuan yang tergabung dalam Gerakan Nasional #SelasaBerkebaya melakukan kampanye berkebaya di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Selasa (2/7). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Berbeda dengan pandangan Komnas Perempuan, Tim Penyusun KBBI justru melihat bahasa sebagai gambaran jujur dari kondisi masyarakat. Oleh sebab itu, perubahan definisi dan penambahan frasa dapat dilakukan ketika persepsi masyarakat terhadapkata itu berubah.
ADVERTISEMENT
"Jika perubahan konotasi dan stigma negatif masyarakat terhadap perempuan dapat dilakukan, entri-entri baru dengan makna yang positif akan muncul dalam korpus dan tercatat dalam KBBI secara alami,” tutup Tim Penyusun KBBI.
Lantas menurut Anda, apakah definisi perempuan di KBBI harus diubah? Sampaikan pendapat Anda dalam kolom komentar.
***