Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Polemik Mbah Moen: Sebut Prabowo Saat Berdoa di Samping Jokowi
3 Februari 2019 5:53 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Video kunjungan capres nomor urut 01 Joko Widodo ke Pondok Pesantren Al Anwar, Rembang, Jawa Tengah, Jumat (1/2) menjadi viral di media sosial. Sebab, pengasuh pondok KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen justru menyebut nama Prabowo dalam doanya.
Acara Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju ini juga diikuti oleh para santri Pondok Pesantren Al Anwar. Di akhir acara, Mbah Moen lalu memanjatkan doa dalam bahasa arab.
Dalam doanya, Mbah Moen justru sempat menyebut nama Prabowo ketimbang Jokowi yang berada di sebelahnya.
Meski begitu, Jokowi yang sebelahan dengan Mbah Moen masih khusyuk berdoa sambil menengadahkan tangan. Usai doa, salah satu panitia mencolek Mbah Moen.
Mbah Moen pun langsung mengklarifikasi ucapannya. Ia mengaku bermaksud menyebut nama 'Jokowi' dalam doanya, namun luput karena sudah tua.
"Jadi saya kalau luput, itu karena saya ini sudah tua. Saya umur 90 tahun. Saya di sini, saya berdoa untuk menjadikan siapa yang ada di samping saya yang diridai Allah," kata Mbah Moen dalam video yang beredar tersebut, Jumat (1/2).
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum DPP PPP Arwani Thomafi yang saat itu hadir di lokasi juga ikut memberikan tanggapan. Ia menilai, ada dua potongan video terkait acara tersebut yang beredar di media sosial.
"Di video pertama, yang di-framing sebagai doa untuk Pak Prabowo, semestinya ini dilihat secara utuh. Beliau jelas (menyebut) 'hadza rois' (presiden ini) dan mendoakan untuk menjadi presiden kedua kalinya," kata Arwani dalam keterangannya, Sabtu (2/2).
Sementara di video kedua, baru muncul klarifikasi Mbah Moen soal nama Prabowo. Menurut Arwani, kedua video tersebut seharusnya tidak dipisah dan dicomot begitu saja.
"Kebiasaan mencomot dan mem-framing video sesuai kehendak dan selera politik tentu keluar dari etika. Sebaiknya, kebiasaan tersebut dihentikan karena jauh dari tata krama berpolitik yang sejuk," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Dewan Pembina Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandi, Amien Rais, menilai hal itu terjadi atas kehendak Allah SWT. Menurutnya, kasus salah sebut itu merupakan sebuah pertanda yang dikirim dari 'langit'.
"Kemarin ada seorang presiden petahana di sebuah negara antah berantah, datang ke sebuah pesantren antah berantah. Kemudian Bapak Kiai yang sudah sepuh itu diminta memohon doa," kata Amien di hadapan relawan Roemah Djoeang, di Lapangan Banteng, Jakarta, Sabtu (2/2).
“Sengaja oleh malaikat dimasukkan ke lisan kiai yang sangat alim tadi, ternyata menyebut nama lain. Ini pertanda dari langit, insyaallah,” imbuhnya.
Selain itu, Amien menyebut ada seorang menteri di negara tersebut yang mengumpulkan karyawannya dengan membuat segel nomor 1 atau 2. Namun, menurut Amien, para karyawan itu malah memilih nomor 2.
"Ini negara antah berantah, saya enggak sebut nama, jadi enggak kenal penalti insyaallah. Lagi-lagi ini sebuah indikasi dari Allah," ujar Amien.
Lebih lanjut, Amien menegaskan di negara antah-berantah itu bencana selalu terjadi. Sehingga ia merasa kejadian tersebut negara tersebut akan berganti pemimpin.
“Di sebuah negeri antah-berantah sebuah musibah selalu berganti tidak henti hentinya, itu tandanya alam saja sudah tidak tahan. Jadi hanya itu, enggak boleh kampanye,” pungkas Amien.
ADVERTISEMENT