Polemik Patung di Tuban Bisa Diselesaikan Lewat Pendekatan Komunitas

12 Agustus 2017 20:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Kwan Sing Tee Koena. (Foto: Twitter: @SukaBasaBasi)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Kwan Sing Tee Koena. (Foto: Twitter: @SukaBasaBasi)
ADVERTISEMENT
Pendirian patung Guan Yu Chang yang bergelar Kwan Seng Tee Koen di halaman belakang Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Jatim, diprotes sekelompok masyarakat.
ADVERTISEMENT
Patung tersebut menghebohkan lini masa, selain karena ukurannya yang menjulang hampir 30 meter, juga karena belum mengantongi izin dari Pemda setempat.
Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latief menyampaikan sebenarnya peletakkan patung itu boleh saja. Namun sebelum menaruh patung di ruang publik harus sudah dipikirkan betul.
"Sebenarnya di berbagai tempat, macam-macam patung ada. Patung-patung kayak model-model Eropa juga banyak di berbagai tempat. Patung-patung bermotif oriental juga ada. Ya kan di dalam Pancasila sebenarnya, kata Bung Karno kita ingin mencapai kebangsaan kita tidak chauvinist, tertutup, tapi ingin menuju persaudaraan bangsa-bangsa di dunia juga," kata Yudi Latief di Istana Bogor, Kompleks Istana Kepresidenan, Jawa Barat, Sabtu (12/8).
"Artinya setiap ada hal yang baik dari luar, kita juga jangan bersifat xenophobia, antiasing ya. Kalau itu positif, bisa saja kita apresiasi itu. Tapi tentu juga ke depan saya kira setiap pihak di dalam cara kita menaruh melakukan simbolisasi di ruang publik harus benar dipikirkan," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Supaya itu tidak mengandung kesan yang negatif dalam persepsi publik. Karena apapun, tambah Yudi, bahasa simbol kan ujung-ujungnya masyarakat yang menafsirkan.
"Harus hati-hati. Di dalam ingatan dan bayangan banyak komunitas, itu sesuatu yang mungkin dianggap tidak terlalu bisa diterima," ucap Yudi Latief.
Penutupan Patung di Tuban. (Foto: Antara/Aguk Sudarmojo)
zoom-in-whitePerbesar
Penutupan Patung di Tuban. (Foto: Antara/Aguk Sudarmojo)
Masalah patung di Tuban itu sebenarnya harus diselesaikan dengan pendekatan komunitas. Pendekatan yang restoratif, konsensus, permusyawaratan, damai agar lebih tuntas.
"Biasanya justru pendekatan hukum, malah belum tentu dieksekusi di tingkat bawah. Banyak konflik-konflik enggak bisa diselesaikan melalui jalur hukum. Tapi kalau berbagai pihak itu dipertemukan lewat semangat musyawarah, itu biasanya jauh lebih efektif kemudian terjadi penyelesaian yang konklusif," paparnya.
Untuk itu, Yudi Latief meminta agar komunitas bisa menjembatani masalah patung yang ada di Tuban. "Jadi komunitas itu yang harus menjembatani," tutur Yudi Latief.
ADVERTISEMENT