Polemik Postingan Diaz Hendropriyono soal Santri Tutup Kuping saat Dengar Musik

16 September 2021 7:32 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diaz Hendropriyono. Foto: Rizki Mubarok/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Diaz Hendropriyono. Foto: Rizki Mubarok/kumparan
ADVERTISEMENT
Diaz Hendropriyono kini menjadi sorotan. Pemicunya, pria yang juga merupakan Staf khusus Presiden Jokowi, dianggap melecehkan pesantren melalui postingannya di Instagram.
ADVERTISEMENT
Dalam video itu, tampak sekelompok santri yang sedang menunggu giliran divaksin, menutup telinga ketika mendengar musik.
Usai menayangkan video santri tersebut, unggahan Diaz kemudian menampilkan sekelompok pria berjubah putih atau gamis sedang menari diiringi alunan musik.
"Sementara itu... kasian dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah. There's nothing wrong to have a bit of fun!" tulis Diaz.
Jika dilihat versi lain, video santri yang menutup telinga tersebut, disebutkan mereka adalah santri penghafal Al-Quran (hafiz). Untuk menjadi hafiz lazimnya santri akan memilah apa yang mereka dengarkan agar tidak merusak hafalan ayat-ayat suci mereka.
Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari Diaz terkait postingan tersebut. Telepon hingga pesan singkat kumparan tak direspons Diaz.
ADVERTISEMENT
Namun, di postingan selanjutnya di Instagram, Diaz mengunggah video Habib Luthfi Bin Yahya sedang memainkan piano.
Buntut dari postingan Diaz ini, ribuan komentar hujatan dialamatkan kepada Diaz. Sejumlah elite politik juga berkomentar menyikapi postingan Diaz itu, sebut saja Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera hingga Putri Gus Dur, Yenny Wahid.
Ketua DPP PKS, Wakil Ketua Komisi II DPR, Mardani Ali Sera. Foto: Dok. Istimewa

Mardani Kritik Postingan Diaz Hendropriyono: Merendahkan Pesantren

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyayangkan postingan Diaz tersebut. Ia menyebut pesantren merupakan tempat menuntut ilmu dan menguatkan iman. Sehingga banyak sekali sumbangsih pesantren bagi pembangunan bangsa.
"Termasuk bagi usaha kemerdekaan Indonesia. Pernyataan apalagi dari orang di lingkaran Pak Jokowi yang terkesan merendahkan pesantren [santri] adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan," kata Mardani.
ADVERTISEMENT
Mardani yang juga anggota Komisi II DPR ini meminta agar tak membandingkan budaya pesantren di Indonesia dan negara lain.
"Jangan bandingkan budaya pesantren kita dengan yang ada di negara lain. Para ulama sudah membuat budaya pesantren kita sangat lokal," tegasnya.
Mardani juga mengimbau umat Islam tak terprovokasi atas postingan Diaz.
"Umat Islam jangan terprovokasi dengan pernyataan yang menyudutkan pesantren. Cukup buktikan dengan prestasi," pungkas Mardani.
Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Shutter Stock

PKS soal Postingan Diaz Hendropriyono: Harus Saling Hormat, Hilangkan Curiga

Anggota Komisi IX Fraksi PKS DPR, Alifudin, ikut menanggapi polemik ini. Ia mengatakan seharusnya seluruh pihak bersyukur para santri mau divaksin corona.
"Alhamdulillah kita semua harus bersyukur para santri Mahad Tahfidz Quran mau divaksin. Kita juga harus berterima kasih pada guru-guru yang mengarahkan mereka mau di vaksin COVID-19," kata Alifudin.
ADVERTISEMENT
Alifudin pun mengaku sangat terharu terhadap sikap toleran para santri yang tidak memaksakan untuk meminta suara musiknya dimatikan, namun lebih memilih menutup telinga.
"Sekali lagi kita harus bersyukur juga, karena masih banyak orang yang terus berlomba menjadi Hafidz dan Hafidzah, apalagi negara yang bisa menjaga Al-Quran dan masyarakat yang sering membacanya akan menjadikan keberkahan kita semua, seperti di Brunei," tutur Ketua BPW Kalimantan DPP PKS.
Dia menjelaskan, dalam Islam perbedaan fiqih mendengarkan musik haram atau halal itu hal biasa, namun tidak ada pemaksaan di dalamnya. Dia berharap seluruh pihak saling hormat dan menghilangkan rasa curiga.
"Kita juga harus saling hormat, hilangkan rasa curiga, dan hentikan sikap bullying terhadap sesuatu yang tidak kita suka dan video yang beredar harus di cek kebenarannya, kapan dan di mana kejadian tersebut," tutup Alifudin.
ADVERTISEMENT
Yenny Wahid saat wawancara dengan kumparan, Jumat (11/6). Foto: Fitra Andrianto/kumparan

Yenny Wahid Ikut Kritik Diaz

Putri Presiden ke-4 RI Gus Dur, Yenny Wahid, angkat suara terkait unggahan Diaz Hendropriyono. Yenny menyebut mereka adalah pelajar/santri penghafal Al-Quran (tahfidz Quran).
"Santri ma'had tahfidz Quran menutup kuping ketika melakukan vaksinasi. Banyak yang mengkritik mereka, bahkan mengatakan mereka radikal," kata Yenny.
Yenny menyampaikan pandangannya terkait tudingan itu. Menurut dia, jangan gampang memberi cap radikal pada orang lain.
Menyematkan label radikal itu, kata Yenny, justru akan membuat masyarakat menjadi terbelah. Ia meminta agar bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain.
Yenny mengajak masyarakat untuk lebih saling mengerti satu sama lain dan itu bisa dimulai dengan memahami dan menerima bahwa nilai yang kita anut tidak perlu sama untuk bisa tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Buat adik-adik ma'had tahfidz, semangat terus, ya, dalam upaya menghafal Al-Quran. Semoga Allah SWT memberikan barokah berlimpah untuk kalian semua," sambungnya seraya me-mention @diaz.hendropriyono sebagai sumber video.
Yenny lalu bercerita bahwa menghafal Al Quran memang tidak mudah. Dibutuhkan ketenangan dan suasana yang hening agar dapat berkonsentrasi.
"Menghafal Quran bukan pekerjaan yang mudah. Kawan baik saya, Gus Fatir, dari pesantren @ponpespi_alkenaniyah belajar menghafal Al-Quran sejak usia 5 tahun. Beliau mengatakan bahwa memang dibutuhkan suasana tenang dan hening agar lebih bisa berkonsentrasi dalam upaya menghafal Quran," ujar Yenny.
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban

Prof Zubairi Tanggapi Nyinyiran Santri Tutup Kuping saat Ada Musik: Malapetaka

Prof Zubairi memang dikenal aktif memberikan pandangannya terkait berbagai isu terkait pandemi maupun isu sosial kekinian. Ia ikut memberikan tanggapan terhadap postingan Diaz.
ADVERTISEMENT
"Menyalakan api pada isu-isu agama, seperti tentang santri penghafal Qur'an, dan berharap itu akan menggalang dukungan publik, adalah malapetaka," kata Zubairi.
Prof Zubairi meminta semua pihak menahan diri.
"Berhentilah bikin kacau. Selama kita bertengkar pada soal yang begini terus, bisa-bisa tak ada ruang tersisa untuk masalah nyata," tutur dia.
Tifatul Sembiring. Foto: Ade Nurhaliza/kumparan

Tifatul: Menghafal Al-Quran Butuh Konsentrasi Tinggi, Buzzer Enggak Ngerti

Anggota Majelis Syuro DPP PKS, Tifatul Sembiring, ikut memberikan tanggapan terhadap positingan Diaz. Tifatul mengatakan, ada pihak yang tak senang dengan video tersebut.
"Seorang penghafal Al-Qur'an (hafiz) cerita, pernah sekali nonton film Kungfu, akibatnya hafalannya hilang 1 juz. Menghafal Al-Qur'an itu butuh perhatian dan konsentrasi tinggi," tulis Tifatul.
Tak berhenti di situ, Tifatul juga melayangkan kritik pedas bagi para buzzer.
ADVERTISEMENT
"Meski buzzeRp enggak ngerti, paling tidak hormati pemelihara Firman Allah SWT," tegas Tifatul.
Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin. Foto: Dok: Pribadi

Ngabalin: Postingan Diaz Hendropriyono Pendapat Pribadi, Punya Hak Berpendapat

Pandangan berbeda disampaikan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin. Ngabalin menilai postingan Diaz Hendropriyono soal santri menutup telinga adalah pendapat pribadi.
"Ya pendapat pribadi, dia punya hak demokrasi untuk berpendapat di ruang publik. Bukan karena dia stafsus Presiden kemudian tidak boleh," kata Ngabalin.
Ngabalin menekankan, seni bukan sesuatu yang haram di tengah peradaban Islam, selama tak membuat lalai dalam mengingat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
"Karena kalau semua itu menjadi terbuai dari mengingat Allah SWT, karena dengan menikmati musik dll, itu bukan berarti orang kafir atau murtad, tidak begitu. Islam menghargai itu semua," beber Ngabalin.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau Mas Diaz berpendapat seperti itu sah sah saja itu, tidak perlu ada yang menyerang. Dan tidak ada juga masalah orang berpendapat, toh masing-masing orang punya pernyataan yang berbeda," tandas alumnus IAIN Alauddin Makassar ini.