Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Polisi: 40 Santri Ponpes di Agam Sumbar Jadi Korban Sodomi 2 Guru
26 Juli 2024 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Puluhan santri laki-laki di Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) menjadi korban pencabulan. Pelaku ternyata dua oknum guru berinisial RA (29) dan AA (23).
ADVERTISEMENT
Kapolresta Bukittinggi Kombes Pol Yessi Kurniati mengatakan, total sementara jumlah korban ada 40 orang anak. Kasus ini masih terus didalami dan kemungkinan korban bertambah.
"Tersangka RA melakukan terhadap 30 orang. Untuk tersangka AA korban 10 orang," kata Yessi saat konferensi pers, Jumat 21 (26/7/2024).
Yessi menyebutkan tindakan pencabulan ini dilakukan di lingkungan pondok pesantren. Modusnya, awalnya meminta pijat terhadap para santri.
"Jadi modus para pelaku ini memanggil anak ini satu-satu untuk alasan pijat. Baru melakukan, awalnya raba-raba hingga sampai akhirnya berhubungan badan," ungkapnya.
Diancam Tidak Naik Kelas
Hasil pemeriksaan terhadap tersangka, lanjut Yessi, korban apabila tidak menuruti akan diancam tidak naik kelas.
"Mereka (korban) kalau tidak mau diancam tidak naik kelas," katanya.
ADVERTISEMENT
Yessi mengatakan tindakan pencabutan telah berlangsung sejak 2022 hingga 2024. Pihak kepolisian terus mendalami akan ada korban lainnya.
"Korban saat ini tentunya merasa trauma. Kami koordinasikan dengan dinas sosial atau perlindungan anak untuk memberikan pendampingan," kata dia.
Kepada polisi, pelaku mengaku pernah menjadi korban sodomi. "Tersangka ini dulunya korban," sambung Yessi.
Kasus ini terungkap setelah korban memberi tahu kepada keluarganya. Hingga dilaporkan ke pihak kepolisian dan diselidiki.
Yayasan Pecat Tersangka
Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli yang menaungi MTI Canduang mengaku syok dengan peristiwa yang dilakukan oknum guru ini.
Ketua Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli, Syukri Iska, mengatakan sangat menyesali tindakan perbuatan tersangka. Menurutnya, kejadian tersebut di luar dugaan.
"Kami saking tidak mengira, dia ada istri dan disediakan tempat tinggal di asrama. Itu yang membuat kami syok," ujar Syukri saat dihubungi kumparan, Jumat (26/7).
ADVERTISEMENT
Syukri menyebutkan usai kasus ini mencuat dan pelaku ditangkap, yayasan telah mengambil langkah-langkah. Salah satunya, memberhentikan yang bersangkutan.
"Karena sudah ditangani pihak kepolisian, sudah mengaku dan dikategorikan tersangka, kami memutuskan berhentikan dia sebagai guru di sekolah serta pembina di asrama," imbuhnya.
"Kami syok semua. Kami sedang berusaha membesarkan lembaga, tapi ada juga yang merusak. Semua berjuang, ada juga yang merusak. Ini musibah sangat besar bagi kami," sambungnya.
Korban diberi pendampingan psikolog
Syukri mengungkapkan, para santri yang menjadi korban telah dipindahkan ke suatu tempat. Mereka juga diberikan pendamping oleh psikiater dan psikolog.
"Terkait santri jadi korban, kami sudah datangkan psikiater dan psikolog. Dapat informasi sudah diasingkan di suatu tempat dan didampingi pimpinan sekolah atau pihak dari pondok pesantren," pungkasnya.
ADVERTISEMENT