Polisi Cegah Paham ISIS Menyasar Anak-anak

30 Juni 2017 19:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Barang bukti penyerangan Mapolda Sumut (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Barang bukti penyerangan Mapolda Sumut (Foto: Aria Pradana/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ratusan buku tulis berlogo ISIS yang ditemukan di rumah Syawaludin Pakpahan alias SP, tersangka penyerangan Mapolda Sumatera Utara pada Minggu (25/6) lalu cukup mengejutkan.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, buku tersebut pada sampul depannya terdapat logo ISIS beserta gambar pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi. Serta di sampul belakangnya terdapat kalimat provokatif. Selain itu, di setiap halaman atas dan bawah terdapat ayat yang juga provokatif.
Pihak kepolisian sangat mengkhawatirkan apabila buku-buku tersebut disebarluaskan kepada anak-anak. Sehingga akan menjadikan anak-anak yang mendapatkan buku tersebut menjadi teradikalisasi oleh paham ISIS.
"Ya ini kan dari covernya saja sudah kelihatan warnanya, artinya ada penggiringan ke arah paham tertentu, siapapun​ yang direkrut oleh mereka baik orang tua, remaja, maupun anak-anak, dengan memegang buku tersebut sudah jelas afiliasinya kemana dan diarahkan kemana," kata Karopenmas​ Divisi Humas Polri, Brigjen Rikwanto di kantornya, Jumat (30/6).
Barang bukti penyerangan Mapolda Sumut (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Barang bukti penyerangan Mapolda Sumut (Foto: Aria Pradana/kumparan)
Pihak kepolisian juga sudah mengawasi apabila buku-buku tersebut diberikan kepada anak-anak. "Kalau masalah menargetkan anak-anak itu memang sudah lama, sejak TK, sejak SD," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
"Kita sudah saksikan bersama bagaimana mereka dilatih, dikasih seragam, dikasih senjata, didoktrin, itu teknik-teknik​ sudah lama, ini diterapkan lagi di pola rekrutmen ISIS, jadi bukan barang baru," terangnya.
Sehingga apabila buku-buku yang berbau provokatif bahkan berbau propaganda tersebut dapat dengan mudah diterima oleh anak-anak, maka mereka dimungkinkan akan menjadi radikal dan tidak menutup kemungkinan mereka akan menjadi teroris.
"Tapi paling efektif merekrut dari anak-anak, karena mereka masih bersih dimasuki, disusupi oleh ideologi itu. Diharapkan ke depannya mereka sudah mantap untuk menjadikan siapa kawan siapa lawan," pungkasnya.