Polisi Kesulitan Cari Pasien Korban Pelecehan Dokter MFS: Tidak Isi Daftar Tamu

16 April 2025 17:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolres Garut, AKBP Mochamad Fajar Gemilang. Foto: Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kapolres Garut, AKBP Mochamad Fajar Gemilang. Foto: Dok. kumparan
ADVERTISEMENT
Kepolisian Resor Garut masih mencari sosok ibu hamil yang ada di dalam rekaman video CCTV yang viral di media sosial diduga dilecehkan dokter MFS. Peristiwa itu terjadi di Klinik Karya Harsa, Garut, Jawa Barat, pada Juni 2024.
ADVERTISEMENT
Kapolres Garut, AKBP Mochamad Fajar Gemilang mengatakan bahwa saat ini pihaknya terus melakukan pendalaman.
“(Video) yang viral ini sudah cukup lama perbuatan ini. Yang menjadi pertanyaan polisi kenapa ini tidak dilaporkan ke kantor polisi dan ke polsek,” kata Fajar, Rabu (16/4).
Pihaknya pun melakukan sejumlah upaya pencarian, termasuk dengan face recognition. Namun belum berhasil karena tidak ada data pasien.
“Sampai saat ini juga kami masih mencari identitas yang ada di video viral tersebut, karena kami sudah melakukan face recognition dengan alat kami itu tidak keluar karena memang ada kesulitan di rekamannya tidak terlihat jelas bagaimana mukanya sehingga face recognition itu tidak optimal,” katanya.
Sebelum melakukan hal tersebut, Fajar menyebut bahwa penyidik juga sempat mengecek daftar tamu pasien. Namun hasilnya ternyata tidak terdata di dalam daftar pasien sesuai dengan tanggal data CCTV yang viral.
ADVERTISEMENT
“Kami juga cek ke daftar tamu pasien, itu memang ada missing, itu ada hilang,” sebutnya.
Polres Garut datangi lokasi klinik tempat dokter kandungan lecehkan pasien saat USG, Selasa (15/4/2025). Foto: Dok. kumparan
Mengapa Tidak Ada Data Pasien?
Menurut Fajar, tidak adanya data pasien di pendaftaran diduga menjadi salah satu modus dokter kandungan berinisial MSF untuk bisa melakukan pelecehan seksual.
“Karena modus si pelaku itu ketika pelaku itu mengundang si korban, calon korban atau si pasien ini dia person to person, WA kepada yang bersangkutan diberi iming-iming bahwa itu akan diberikan USG gratis misalkan,” ucapnya.
“Karena gratis otomatis dia tidak melalui pendaftaran karena melalui pendaftaran akan dimintai biaya. Akhirnya para korban ini langsung ke ruangan dokter tersebut, sehingga itu data pasien yang ada di ruangan dokter tersebut itu tidak ada karena memang itu langsung masuk ke ruangan dokter," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Diakui Fajar, hal tersebut menjadi hambatan pihaknya saat mencari korban.
“Kami himbau kepada yang bersangkutan apabila memang menjadi korban perbuatan tersebut agar melaporkan ke kami, dan kami menjamin kerahasiaan, perlindungan dan hak-hak korban,” katanya.