Polisi Masih Kesulitan Ungkap Motif Sekeluarga Lompat di Apartemen Jakut

18 Maret 2024 17:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Gidion Arif Setiawan saat dijumpai di Mapolres Metro Jakut, Senin (18/3/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Gidion Arif Setiawan saat dijumpai di Mapolres Metro Jakut, Senin (18/3/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Polres Metro Jakarta Utara masih mendalami peristiwa sekeluarga tewas bunuh diri di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, belum diketahui siapa sosok yang inisiasi aksi tersebut dan motif mereka bunuh diri.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setiawan mengatakan, alasan belum didapatkannya kesimpulan pada kasus itu karena masih menunggu pemeriksaan saksi ahli.
Mereka melibatkan ahli forensik untuk periksa DNA dan psikologi, serta ahli kinetis untuk tentukan apakah ada kejanggalan dari jatuhnya para korban.
"Yang menjadi pertanyaan kan kemudian kita menjawab pertama itu adalah peristiwa ya, kita belum masuk pada konstruksi hukum ya kan. Peristiwa pertanyaan besar apakah bunuh diri ataukah ada pihak lain ya kan," kata Gidion kepada wartawan di Mapolres Metro Jakarta Utara, Senin (18/3).
Suasana TKP bunuh diri di Apartemen Taman Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
Polisi curiga mengapa anak-anak korban secara sukarela ikut bunuh diri. Dia menilai ada aktor yang menginisiasi bunuh diri ini.
ADVERTISEMENT
"Nah merekanya ini ada tali, siapa sih yang menentukan. Nah ini pertanyaan penyelidikan ya siapa sih yang menentukan si ibu berpasangan dengan anak laki-laki kemudian si bapak berpasangan dengan anak perempuan," ujar Gidion.
"Kalau 4 berarti kalau satu di antara mereka berarti kan meninggal juga, tapi kalau logikanya anak kan tidak mungkin menginisiasi. Saya sependapat dengan ahli kalau anak tidak mungkin menginisiasi, pasti anak diinisiasi, ini yang kita, ruang ini yang kita mungkin kita kita lakukan pendalaman," sambungnya.

Tidak ada jejak digital

Gidion mengatakan, sekeluarga yang tewas ini tidak memiliki jejak digital apa pun. Kasus ini tidak lazim dari kasus bunuh diri pada umumnya.
"Kasus-kasus ini kita bicara kasus, kasus-kasus bunuh diri yang biasa kita tangani itu selalu meninggalkan jejak, ada pesan kah, ada komunikasi terakhir kah, iya kan, ada jejak digital kah. Tapi pada kasus ini tidak, tidak ada tas yang dibawa yang ditemukan di TKP pun juga tidak meninggalkan catatan apa pun," ucap Gidion.
ADVERTISEMENT
Bahkan, jejak digital yang ada, yakni dengan sopir taksi online, tidak menunjukkan kejanggalan.
"Kemudian kita telusuri trackingnya kan mulai dari hotel sebelum dia apa melakukan itu belum peristiwa itu terjadi, itu juga tidak ada tidak ada meninggalkan apa pun. Itu terakhir Dia pakai grab bahkan komunikasi terakhir dengan Grab sangat natural. Tidak ada kecemasan. Tinggal di apartemen selama 1 malam," kata dia.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arief Setyawan. Foto: Dok. Istimewa
Oleh sebab itu, polisi masih kesulitan dalam menentukan kesimpulan kasus ini.
"Sangat menyulitkan tidak ada jejak digital. Medsosnya sudah tidak ada. Direncanakan pasti karena sudah menyiapkan tali. Namun yang jadi pertanyaan siapa yang menginisiasi?" tutupnya.
Peristiwa nahas itu terjadi pada Sabtu (9/3) sore. Para korban yakni EA (50) bapak, AEL (52) ibu, dan dua anaknya yang masih berumur 15 (perempuan) dan 13 (laki-laki) tahun.
ADVERTISEMENT
Akibat minimnya petunjuk dalam peristiwa itu, kepolisian menunggu hasil pemeriksaan ahli terhadap tali yang dipakai mengikat sekeluarga saat jatuh dari lantai 22.
Sulit Tarik Kesimpulan
Di sisi lain, Arif mengatakan hal itu terjadi lantaran barang bukti terbatas yang dimiliki kepolisian. Dia menyayangkan HP para pelaku yang hancur lebur karena jatuh bersamaan dengan mereka.
"Handphone itu kondisi pecah rusak berat tidak bisa diekstrak. Hanya beberapa komunikasi dan dia menggunakan nomor yang apa berganti-ganti," terang Gidion.
Selain dari pada itu, jejak digital pun tidak ditinggalkan sekeluarga ini. Medsos mereka tidak ada.
"Sangat menyulitkan tidak ada jejak digital. Medsosnya sudah tidak ada," sebut Gidion.