Polisi Moral Iran Kembali Patroli, Awasi Wanita agar Patuh Hijab

17 Juli 2023 10:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Massa pro-pemerintah berdemonstrasi menentang pertemuan protes terkait kasus Mahsa Amini di Iran, di Teheran, Iran, Jumat (23/9/2022). Foto: WANA via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Massa pro-pemerintah berdemonstrasi menentang pertemuan protes terkait kasus Mahsa Amini di Iran, di Teheran, Iran, Jumat (23/9/2022). Foto: WANA via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasukan polisi moral Iran kembali menggelar patroli untuk mengawasi para wanita agar mematuhi aturan berpakaian tertutup atau hijab di depan umum.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini dilanjutkan sepuluh bulan setelah kasus kematian seorang perempuan Kurdi bernama Mahsa Amini yang tewas di dalam tahanan polisi moral Iran pada September 2022 lalu.
Dikutip dari BBC, pengumuman tersebut dilaporkan oleh media lokal Tasnim yang mengutip keterangan juru bicara kepolisian, Saeed Montazerolmahdi, pada Minggu (16/7).
"Polisi moralitas akan kembali turun ke jalan untuk menegakkan hukum hijab di Iran," kata Montazerolmahdi.
Selama patroli, sambung dia, polisi moral pertama-tama akan memberikan peringatan kepada para wanita pelanggar aturan berhijab yang sebagaimana mestinya.
"Jika mereka tidak mematuhi perintah, polisi kemudian dapat memilih tindakan hukum," tambah Montazerolmahdi.
Adapun kebijakan kontroversial tersebut telah menimbulkan dua kubu di tengah kaum perempuan di Iran. Ribuan demonstran yang menuntut keadilan atas kematian Amini dan menentang aturan berpakaian pemerintah turun ke jalanan, menimbulkan kerusuhan terbesar sejak Revolusi Islam 1979.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan setelah protes itu pecah, banyak wanita berhenti mengenakan hijab di depan umum. Menurut video yang beredar di media sosial, hingga saat ini pemandangan wanita tak mengenakan hijab di Iran menjadi hal lumrah.
Meski demikian, masih banyak pula perempuan yang memilih untuk mematuhi aturan pemerintah dan tetap mengenakan hijab sebagaimana mestinya. Kelompok perempuan ini juga yang mendesak agar patroli polisi moral kembali dilanjutkan untuk beberapa waktu.
Massa pro-pemerintah berdemonstrasi menentang pertemuan protes terkait kasus Mahsa Amini di Iran, di Teheran, Iran, Jumat (23/9/2022). Foto: WANA via REUTERS
Di bawah hukum Republik Islam Iran — yang didasarkan pada interpretasi Syariah negara itu, setiap wanita wajib menutupi rambut mereka dengan hijab dan mengenakan busana panjang serta longgar (seperti burqa) guna menyamarkan lekuk tubuh mereka.
Sejak Revolusi Islam 1979, Iran telah memiliki berbagai macam 'polisi moral'. Tetapi, jenis yang terbaru dikenal sebagai Gasht-e Ershad, mereka pertama kali memulai patroli pada 2006 dan masih tetap beroperasi sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Biasanya, para polisi moral mengenakan seragam polisi atau bagi perempuan memakai burqa berwarna hitam. Mereka acap kali berada di lokasi-lokasi ramai seperti alun-alun dan pusat perbelanjaan ketika meluncurkan patrolinya.
Jika mereka menemukan ada wanita yang melanggar aturan berpakaian — memakai baju ketat, memperlihatkan rambut, atau mengenakan warna cerah, maka mereka akan ditangkap lalu dibawa ke dalam sebuah mobil van berwarna hijau putih.
Para wanita yang ditangkap kemudian akan dibawa ke pusat bimbingan moral, di mana menurut laporan berbagai media polisi kerap menggunakan kekerasan untuk 'membimbing' wanita-wanita tersebut.
Tidak diketahui berapa jumlah pria dan wanita yang bekerja untuk kesatuan ini. Namun, BBC melaporkan mereka memiliki akses ke persenjataan dan pusat-pusat detensi.
ADVERTISEMENT