Polisi Panggil Pejabat Pemkab Karawang Terkait Penganiayaan Wartawan-Warga

26 September 2022 19:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengeroyokan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeroyokan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus penganiayaan yang menimpa wartawan media lokal Gusti Sevta Gumilar (29) dan Zaenal Mustofa yang mengaku aktivis medsos di Karawang masih terus diselidiki polisi. Terbaru, polisi memanggil para terlapor untuk dimintai keterangan pada Senin (26/9).
ADVERTISEMENT
Kasat Reskrim Polres Karawang AKP Arief Bastomy mengatakan pihaknya sudah mengagendakan pemanggilan para terlapor, yakni seorang pejabat PNS di Pemkab Karawang berinisial A dan pelaku lain yang melakukan pemukulan hari ini.
Namun, hingga sore belum ada satu pun terlapor yang mendatangi Mapolres Karawang.
"Belum ada datang, tapi ada salah satu terlapor melalui pengacaranya datang memberikan surat keterangan sakit," jelas Arief.
Jika sampai hari ini tidak ada yang hadir, petugas akan menjadwalkan ulang pemanggilan pada Kamis (29/9) mendatang.

Akibat Status di FB

Gusti dan Zaenal diduga menjadi korban penganiayaan oknum PNS di Karawang. Dua orang itu mengaku dipukul diduga akibat status Facebook mereka.
Gusti menceritakan kasus dugaan penganiayaan itu bermula usai kegiatan peluncuran klub sepakbola Persika 1951 di Stadion Singaperbangsa Karawang, Sabtu (17/9) pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Gusti dipanggil oleh seseorang yang ia kenal untuk menemui seorang pejabat PNS di Pemkab Karawang berinisial A. Kata utusan tersebut, A ingin membicarakan terkait unggahan Gusti di media sosial Facebook miliknya. Sebelumnya, Gusti dan Zaenal mengunggah status di Facebook berupa kritik terhadap Persatuan Sepak bola Indonesia Karawang atau Persika 1951.
Unggahan Gusti dan Zaenal diduga mengusik A sehingga mengutus seseorang untuk memanggil Gusti.
Gusti kemudian dibawa ke sebuah ruangan di dalam stadion Singaperbangsa Karawang. Di ruangan itu, korban mengaku dipukuli oleh A dan beberapa orang lainnya. Gusti menyebutkan ada 4 sampai 5 orang di ruangan itu.
"Jam 12 malam itu saya sudah di ruangan (Sabtu, 17/9), ruangan ditutup tidak boleh ada yang masuk selain orang-orang dia. Saya tidak boleh pegang ponsel. Saya di situ di-press (ditekan), saya dipukul, ditotor pakai botol miras. Terus maksa saya minum urine. Bahkan saya diancam," kata Gusti.
ADVERTISEMENT
Gusti mengaku penganiayaan terhadap dirinya baru selesai saat dia pingsan sekitar pukul 5 pagi, Minggu (18/9). Sebelum pingsan, Gusti dipaksa untuk menghubungi Zaenal. Melalui ponsel milik Gusti, Zaenal dipancing agar memberi tahu lokasi rumahnya. Zaenal kemudian dijemput di rumah pribadinya.
Gusti tidak tahu nasib Zaenal setelah dijemput oleh utusan A. Yang jelas, pelipis kanan Zaenal terluka dan mendapatkan jahitan.
Di ruangan tersebut, orang-orang yang menganiaya dirinya menanyakan soal motif status Facebook dan pemberitaan soal jabatan kosong yang ditulis Gusti. Gusti dituduh melakukan provokasi. Ia juga diancam agar jangan membuat laporan ke polisi.
"Saya diancam, kurang lebih bilang 'jangan sampai anak lu jadi anak yatim'," katanya.