Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Polisi Sebut Penikaman Pendeta di Gereja Sydney Tindakan Teroris
16 April 2024 10:09 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Polisi Australia mengatakan kasus penusukan massal terhadap seorang pendeta gereja di Sydney dan pengikutnya adalah tindakan teroris. Mereka menduga pelaku dimotivasi oleh ekstremisme agama, Selasa (16/4).
ADVERTISEMENT
Setidaknya empat orang terluka dalam serangan itu, termasuk Pendeta Mar Mari Emmanuel dari Gereja Assyrian Christ The Good Shepherd.
Seorang pria menyerangnya dengan pisau saat kebaktian disiarkan langsung pada Senin (15/4).
Insiden di pinggiran barat Sydney itu memicu bentrokan di luar gereja antara polisi dan massa.
Polisi menangkap seorang remaja laki-laki dan menahannya di gereja. Hal itu sengaja demi menjauhkannya dari kerumunan jemaah yang berkumpul di luar tempat kejadian.
“Kami yakin ada elemen dengan ekstremisme bermotif agama,” kata Komisaris Polisi New South Wales, Karen Webb, seperti dikutip Reuters.
“Setelah mempertimbangkan semua materi, saya menyatakan bahwa itu adalah insiden teroris,” tambahnya.
Polisi mengatakan ada tindakan yang direncanakan ketika penyerang tersebut pergi ke gereja. Hal itu lantaran letak gereja yang jauh dari rumahnya dan ia sengaja membawa pisau. Namun menurut Webb, pada tahap awal penyelidikan polisi meyakini penyerang bertindak sendirian.
ADVERTISEMENT
Kru darurat mengatakan telah merawat sekitar 30 orang usai bentrokan di luar gereja. Tujuh orang lainnya dibawa ke rumah sakit karena luka-luka. Webb menambahkan, beberapa polisi juga ikut dirawat dan 20 kendaraan polisi rusak akibat kejadian tersebut.
Ini adalah serangan penikaman kedua di Sydney dalam tiga hari. Sebelumnya enam orang tewas dan 12 luka-luka dalam serangan di sebuah mal pada Sabtu (13/4).
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengatakan ekstremisme kekerasan bukanlah identitas Australia.
“Kita adalah bangsa yang cinta damai. Ini adalah waktu untuk bersatu, bukan memecah belah, sebagai komunitas dan sebagai negara,” katanya dalam konferensi pers, Selasa (16/4).
Konten Khotbah Pendeta Emmanuel yang disiarkan langsung secara online selalu ditonton ratusan ribu kali. Awalnya ia dikenal karena pandangan garis kerasnya selama pandemi. Ia menggambarkan lockdown sebagai "perbudakan massal”.
ADVERTISEMENT
Sebuah khotbah yang diunggah di YouTube tahun lalu menunjukkan pendeta itu juga sempat mengkritik Islam.
Kepala mata-mata Australia mengatakan akan memeriksa orang-orang terdekat penyerang untuk memastikan tidak ada ancaman lebih lanjut terhadap masyarakat.
“Adalah bijaksana jika kami melakukan hal ini untuk memastikan tidak ada ancaman atau ancaman langsung terhadap keamanan. Saat ini, kami tidak melihat hal tersebut,” kata Direktur Jenderal Keamanan Organisasi Intelijen Keamanan Australia, Mike Burgess.