Polisi Selidiki Kasus Viral Ibu-Bayi Meninggal saat Persalinan di RS

20 Mei 2021 19:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menjelang persalinan di RS Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menjelang persalinan di RS Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Curhatan keluarga pasien Rumah Sakit Bunda Mulia di Kisaran, Asahan, Sumatera Utara, viral di media sosial. Pengunggahnya, Yulia menilai rumah sakit lalai melakukan persalinan kakak iparnya, Rifa Damanik.
ADVERTISEMENT
Gara-gara kejadian itu, menurut Yulia, kakak dan bayi yang dikandungnya meninggal.
Terkait insiden itu, pihak keluarga tidak terima dan melaporkan kejadian itu ke Polres Asahan. Namun bentuk laporannya baru sebatas pengaduan saja.
Kasatreskrim Polres Asahan AKP Rahmadani saat dikonfirmasi membenarkan laporan itu.
“Masih ngirim Dumasan (Pengaduan masyarakat),”ujar Rahmadani, kepada kumparan, Kamis (20/5).
Terkait laporan itu, pihaknya akan langsung menyelidiki kasus ini.
“ Ya, Lagi dilakukan penyelidikan, apakah SOP, rumah sakit sudah benar atau ada (yang) salah prosedural. (Kita) Tunggu hasil dari ahli ya,’’ ujarnya.
Sebelumnya kasus ini viral saat Yulia melampirkan potongan foto hingga video, perdebatan keluarganya dengan pihak rumah sakit.Di curhatannya, Yulia mengatakan awalnya, sang kakak pergi ke bidan karena mengeluh sakit lantaran merasa hendak melahirkan, Sabtu (15/5). Namun sang bidan tak sanggup menanganinya. Lalu kakaknya, pun dibawa ke RS Bunda Mulia.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya pada saat tiba di RS, Eda (kakak ipar) saya, sudah nggak tahan, karena sudah merasa kesakitan dan nggak kuat, jadi (kami) meminta (RS) supaya segera dioperasi saja. Tapi ada perawat yang bilang, ini masih bisa lahiran normal karena masih bukaan dua,”tulis Yulia.
Karena saran perawat pihak keluarga mengikut saja. Namun tulis Yulia, sampai esok harinya, kakaknya masih belum melahirkan.
“(Lalu) Perawat bilang itu biasa kesakitan, karena namanya mau lahiran, jadi tetap ditunggu saja biar lahiran normal,’’ tulis Yulia.
Selanjutnya karena melihat kakaknya terus menahan sakit, pihak keluarga mendesak rumah sakit untuk mengoperasinya
“Dan akhirnya kurang lebih pukul 5 sore lewat, Minggu (16/5), Eda, saya selesai operasi dan dinyatakan bahwa bayinya meninggal. Gila nggak sih ? seharian nunggu hanya karena supaya lahir normal? Kenapa? Ada apa dengan rumah sakit? Apa karena dokter nya tidak ada? Kenapa bisa selalai itu?,”tulis Yulia
ADVERTISEMENT
Saat kejadian itu, kata Yulia, dirinya sama sekali melihat adanya seorang dokter. Pihak keluarga kata Yulia juga sempat bertanya kepada perawat, kenapa proses operasi dilakukan begitu lama.
“Mereka menjawab dengan biasa, ada yang sambil main HP, mereka bilang tekanan darahnya tinggi jadi nggak bisa dioperasi dari awal. Bahkan ada yang bilang, plasentanya putus karena jalan-jalan,” tandasnya
“Lalu kenapa pada saat bayinya sudah meninggal kalian memberikan alasan yang berbelit-belit dan beda perawat beda jawaban ?,”tambah Yulia
Yulia menduga perawat tidak melakukan operasi, lantaran dokter yang mengoperasi belum datang. Yulia juga menjelaskan setelah anak kakaknya meninggal, tepat pukul 05.00, Senin (17/5) kakak iparnya meninggal karena koma
“Sangat lemah (kondisinya) sampai, harus donor darah tapi tetap tidak bisa diselamatkan. Eda ku dinyatakan meninggal tanpa sakit bawaan apa pun. Aku tidak pernah lupakan ini semua. Saya yakin Tuhan itu adil,” tulis Yulia.
ADVERTISEMENT
Terpisah Penanggungjawab RS Bunda Mulia Kisaran, Binsar P Sitanggang membenarkan meninggalnya bayi dan ibunya tersebut.
Namun dia membantah tuduhan keluarga pasien. Kata Binsar, saat datang, kondisi fisiologi pasien baik, sehingga tidak perlu, dilakukan operasi
“Kondisi fisiologis normal tidak ada indikasi operasi,"ujar Binsar kepada wartawan,Rabu (19/5)
Binsar bahkan mengatakan pihaknya sudah menjalankan pelayanan kesehatan sesuai standar operasional procedure (SOP). Dia justru menyayangkan sikap keluarga yang sempat menyuruh pasien merangkak sejauh 5 meter, selama 2 jam saat menunggu proses kelahiran. Kata dia kondisi itu, menyebabkan gangguan pada rahim pasien.
"Sehingga lepas plasenta di dalam rahim, hingga dilakukan operasi," kata Binsar.