Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Polisi Soal Kebakaran Tangki Kilang Pertamina Cilacap: Diduga Tersambar Petir
16 November 2021 15:00 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Kapolda Jateng kemarin sudah membuat suatu kesimpulan sementara, dugaan adalah karena tersambar petir," jelas Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo kepada wartawan di Mabes Polri , Selasa (16/11).
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya penyebab lain. Tim terpadu yang terdiri dari Labfor, Inafis, Pertamina, dan gabungan para ahli masih melakukan penyelidikan kebakaran tangki Kilang Pertamina tersebut.
"Tapi tidak menutup kemungkinan (lain) dari hasil pemeriksaan tim terpadu. Nanti akan di publish kembali apakah ada unsur-unsur terkait lainnya," tambah Dedi.
Sementara ini, dugaan tersebut didapatkan dari bukti-bukti yang ada serta dari hasil pemeriksaan 6 orang saksi.
"Yang jelas dugaan dari berbagai macam bukti yang dimiliki dan 6 saksi yang sudah diperiksa mengarah kepada (peristiwa) alam, alam dalam hal ini adalah petir," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Ahli dari Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) Deni Septiadi meragukan penyebab kebakaran kilang Pertamina karena petir.
Deni yang memang menekuni bidang cuaca dan petir ini membeberkan alasannya. Kata dia, dengan karakteristik dan sifat fisisnya, sangat sulit sekali jenis petir CG dapat menyambar langsung pada tangki minyak pertamina pada malam hari apalagi tanpa analisis kuat arus atau menyaksikan secara visual.
Berikut analisis lengkap Deni soal kebakaran kilang Pertamina di Cilacap:
1. Mungkinkah sensor petir BMKG mendeteksi sambaran petir ke tangki ?
Sensor petir di dunia terbagi dalam dua jenis : Ground based dan satellite based, masing-masing memiliki akurasi tersendiri. Untuk petir-petir awan ke tanah (Cloud to Ground, CG) baik yang positif (CG+) ataupun negatif (CG-) yang berada pada area spektrum Frekuensi Rendah, di dideteksi oleh sensor yang Ground Based. Kemudian untuk jenis-jenis petir yang ada di dalam awan (Intra Cloud, IC) dan Awan ke Awan (Cloud to Cloud, CC) lebih optimal dideteksi oleh sensor yang Satellite Based karena berada pada spektrum Frekuensi Tinggi.
ADVERTISEMENT
Sensor yang dimiliki oleh BMKG merupakan sensor Ground Based dengan stasiun tunggal (single station) dengan metode deteksi lokasi menggunakan metode Direction Finding. Artinya secara default satu sensor dapat mendeteksi posisi petir. Namun demikian efisiensi deteksi sensor ini ±75% pada radius ±50 km, kemudian kuat atau lemah sinyal petir akan mengakibatkan kekeliruan posisi petir tersebut apalagi hanya menggunakan satu sensor deteksi.
Sensor hanya mendeteksi posisi luah listrik dari kilat petir, tidak bisa memastikan besar arus bahkan sambaran petir langsung kepada suatu objek.
2. Berapa kekuatan sambaran petir?
Petir itu masuk dalam fenomena rare even (jarang) sehingga sulit memastikan besaran suhu atau arus secara langsung. Namun demikian beberapa riset menunjukkan kekuatan petir dapat mencapai 10-20 ribu ampere bahkan lebih. Suhu nya dapat mencapai lebih dari 10 ribu °C. Apabila diukur kekuatan gelombang kejutnya bahkan dapat mencapai getaran gempa sekitar 3 Magnitude. Beberapa kasus orang-orang terlempar akibat gelombang kejut meski petir CG tidak menyambar langsung. Namun demikian untuk objek-objek vital seharusnya mampu menahan beban arus, suhu dan gelombang kejut dari petir tersebut. Dalam hal tangki kalaupun tersambar langsung seharusnya panas akan menyebar pada bodi tangki.
ADVERTISEMENT
3. Indikasi hujan petir pada saat kejadian apakah mengindikasikan petir menyambar tangki?
Petir sebenarnya produk atau hasil awan yang matang (mature), namun demikian dari 3 jenis petir yang ada (IC, CC, CG), jenis petir CG merupakan jenis petir paling kuat karena membutuhkan jarak bahkan hingga 5 km (CG-) dan 10 km (CG+) untuk menyambar ke permukaan. Karena proses fisisnya ini, maka untuk membangkitkan jenis-jenis petir CG membutuhkan kondisi atmosfer sangat labil (nilai CAPE > 1000 J/kg) yang umumnya terjadi setelah insolasi optimum (antara pukul 13.00-17.00 WIB). Sementara pada malam hari ketika awan-awan mengalami fase disipasi (punah) meskipun curah hujan lebat tetap terjadi, dominasi petir CG sangat minim. Sebaliknya petir-petir jenis IC dan CC lebih sering kita dengar gemuruh atau lihat kilatannya. Artinya dengan karakteristik dan sifat fisisnya, sangat sulit sekali jenis petir CG dapat menyambar langsung pada tangki minyak pertamina pada malam hari apalagi tanpa analisis kuat arus atau menyaksikan secara visual.
ADVERTISEMENT