Politikus PDIP Ingatkan Pemerintah Bahaya Ledakan COVID-19 seperti di AS

31 Agustus 2021 9:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ribuan instalasi bendera Amerika Serikat sebagai tanda 200 ribu kematian korban akibat COVID-19 di Amerika. Foto: AP Photo/ J. Scott Applewhite
zoom-in-whitePerbesar
Ribuan instalasi bendera Amerika Serikat sebagai tanda 200 ribu kematian korban akibat COVID-19 di Amerika. Foto: AP Photo/ J. Scott Applewhite
ADVERTISEMENT
COVID-19 di Amerika Serikat melonjak drastis. Dari angka per hari positif COVID-19 hanya 11 ribu menjadi 200 ribu. Penyebabnya karena pelonggaran mobilitas masyarakat.
ADVERTISEMENT
Terkait ledakan COVID-19 di Amerika Serikat, anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengatakan, ledakan ‘gila-gilaan’ kasus harian Covid-19 di Amerika Serikat, sepekan terakhir, merupakan peringatan keras bagi bangsa Indonesia agar tetap waspada, tidak berpuas diri dan tetap mentaati protokol kesehatan.
“Kita tidak mau ledakan kasus Covid-19 seperti yang terjadi di Amerika Serikat terjadi di Indonesia. Karena itu, meski tren angka harian COVID-19 saat ini menurun, kita tidak boleh berpuas diri, tidak boleh abai terhadap protokol kesehatan karena menganggap Corona akan hilang,” kata Rahmad dalam keterangannya Selasa (31/8)
Legislator PDI Perjuangan ini mengatakan, bila dilihat ke belakang, kasus Covid-19 di negara Paman Sam tersebut sempat melandai.
Pada pertengahan Juni lalu, hanya 11 ribu kasus perhari. Sementara vaksinasinya juga sudah mencapai 51% jumlah penduduk. Tapi pada minggu terakhir Agustus, kasus harian naik lebih 1000 persen.
ADVERTISEMENT
“Kasus harian COVID di Amerika sempat landai, 11 ribu kasus perhari. Tapi, seperti kita ketahui, minggu terakhir ini, kasus melonjak hingga lebih 1.000 persen. Artinya, dalam seminggu ini kasus yang sebelumnya 11 ribu naik jadi 160 ribu hingga 200 ribu perhari,” beber Rahmad.
Petugas medis menari sebagai penghargaan atas perawatan untuk pasien COVID-19 di luar New Orleans East Hospital, Amerika Serikat. Foto: AP Photo/Gerald Herbert
Masih menurut Rahmad, lonjakan kasus yang gila-gilaan di Amerika tersebut dipicu sikap warga Amerika yang abai terhadap protokol kesehatan, menyusul menurunnya angka kasus harian di negara Paman Sam tersebut.
Bahkan, kata Rahmad, ada anggapan bahwa Covid sudah mau menghilang
“Pertama warga Amerika banyak yang abai akan prokes karena mengira Covid sudah mau hilang. Pemerintah negara tersebut juga membuat pelonggaran-pelonggaran. Misalnya, libur musim panas diizinkan, mobilitas masyarakat pun meningkat. Akibat pelonggaran itu, ya saat ini publik Amerika dihadapkan kecemasan yang luar biasa,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Rahmad, jika melihat naik turun kasus COVID-19 di Amerika Serikat, kondisinya hampir mirip dengan yang terjadi di Indonesia.
Kasus harian COVID di Indonesia pada Juni lalu, juga sempat meningkat tajam. Rumah sakit penuh, hingga banyak pasien yang harus dirawat di tenda-tenda. Oksigen dan obat-obatan pun jadi langka.
“Kasus harian COVID yang tadinya sempat memuncak di Indonesia, sekarang trend-nya mulai menurun. Nah, disaat turun, kita tidak boleh abai. Meski adanya peningkatan aktivitas dan mobilitas belakangan ini, prokes harus tetap dijalankan secara ketat. Kalau tidak, kejadian di Amerika bisa terjadi di Indonesia.’’ katanya.
Rahmad mengimbau kepada segenap anak bangsa, seperti pemerintah pusat dan pemerintah daerah, para tokoh masyarakat hingga petugas satgas COVID-19 ditingkat RT dan RW untuk tetap saling mengingatkan bahwa COVID masih ada.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak boleh melonggarkan displin dan protokol kesehatan harus tetap kencang diikat di pinggang hingga covid itu benar-BENAR lemah,”katanya
Rahmad juga mengingatkan pemerintah pusat agar mempersiapkan infrastruktur kesehatan dengan baik agar pengalaman pahit sebelumnya, sulitnya memperoleh obat-obatan , langkanya stok oksigen, tidak terulang lagi.
“Kita sempat mengalami krisis fasilitas kesehatan, hal tersebut tidak boleh terjadi lagi,”tandas Rahmad.
Pandemi COVID-19 semakin dalam posisi yang mengkhawatirkan di Amerika Serikat (AS). Para analis kesehatan di negara tersebut menganggap kenaikan tinggi ini terjadi akibat dari pelonggaran-pelonggaran yang berlaku pada liburan musim panas. Di mana publik seakan sudah menganggap corona telah hilang dan mengabaikan protokol kesehatan.