Politikus PKS Sindir Alasan Spontanitas Kerumunan Jokowi: Tak Peka Corona Tinggi

25 Februari 2021 10:29 WIB
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi food estate yang terletak di Bukit Ngora Lenang, Lai Patedang, Desa Makata Keri, Kec Katiku Tana, Kab Sumba Tengah, NTT, Selasa (23/2/2021). Foto: Agus Suparto/Presidential Palace
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi food estate yang terletak di Bukit Ngora Lenang, Lai Patedang, Desa Makata Keri, Kec Katiku Tana, Kab Sumba Tengah, NTT, Selasa (23/2/2021). Foto: Agus Suparto/Presidential Palace
ADVERTISEMENT
Kerumunan masyarakat saat kunjungan Presiden Jokowi di Maumere, NTT, Selasa (23/2) lalu menuai kritik luas. Wasekjen Komunikasi Publik DPP PKS, Ahmad Fathul Bari, menilai Jokowi tidak bisa mencontohkan dan menjaga protokol kesehatan dengan baik saat kunjungan kerjanya itu.
ADVERTISEMENT
"Kalau presiden dan aparat negara terkait saja tidak bisa mencontohkan dan menjaga berjalannya protokol kesehatan dengan baik, maka apa artinya segala upaya penanganan yang menghamburkan dana masyarakat serta memakan banyak korban jiwa?" kata Fathul Bari dalam keterangan kepada wartawan, Kamis (25/2).
Dengan kejadian tersebut, ia juga menilai penegakan hukum terkait pelanggaran protokol kesehatan menjadi terasa kurang adil.
"Bahkan penanganan pandemi disertai dengan kasus korupsi serta kasus penegakan hukum terkait protokol kesehatan yang dirasakan kurang adil oleh sebagian masyarakat," ujarnya.
Presiden Joko Widodo (kanan) melihat market pembangunan kawasan Food Estate di Desa Makata Keri,Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Selasa (23/2). Foto: Antara/HO- Sekretariat Presiden
Fathul menilai tak seharusnya spontanitas dijadikan sebagai alasan atas terjadinya insiden itu. Ia menyebut alasan tersebut terlalu mengada-ada, apalagi tingkat positivity rate COVID-19 di Indonesia berada di kisaran 20 persen.
"Apakah harus seperti itu spontanitas seorang presiden dari sebuah negara dengan tingkat positivity rate COVID-19 yang sangat tinggi? Padahal standar WHO idealnya positivity rate berada di bawah lima persen," jelas Fathul.
ADVERTISEMENT
Fathul mengatakan tidak ada alasan sedikit pun untuk tidak menjaga segala sesuatu berjalan sesuai dengan protokol kesehatan. Terlebih bagi seorang presiden dan seluruh aparat terkait.
"Yang dilakukan presiden malah sengaja berhenti dan membagikan suvenir sehingga membuat kerumunan, lalu berdalih masalah itu selesai dengan alasan spontanitas," sesal Fathul.
"Kalau spontanitasnya seperti itu minim sekali kepekaan Jokowi terhadap tingginya kasus COVID-19 di Indonesia," pungkasnya.
Video Jokowi disambut masyarakat itu terjadi saat ia melakukan kunjungan kerja ke Maumere, NTT, Selasa (23/2). Jokowi meninjau kawasan food estate atau lumbung pangan di Desa Makata Keri, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah hingga meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka.
Jokowi juga menyapa masyarakat dari mobil sembari membagi-bagikan suvenir. Acara ini membuat masyarakat berkerumun dan saling rebutan.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin, menyebut momen itu terjadi spontan. Iring-iringan Jokowi terhenti karena ada kerumunan masyarakat yang menunggu. Bey menjelaskan kondisi itu adalah spontanitas masyarakat menyambut Jokowi.
"Jadi sebenarnya, itu melihat spontanitas dan antusiasme masyarakat Maumere menyambut kedatangan Presiden Jokowi. Dan kebetulan mobil yang digunakan Presiden atapnya dapat dibuka, sehingga Presiden dapat menyapa masyarakat, sekaligus mengingatkan penggunaan masker," ujarnya.