Politikus PKS soal PDN Diretas Ransomware: Indonesia Kalah dalam Perang Siber

29 Juni 2024 15:44 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Sukamta ke Kedubes AS Foto: Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Sukamta ke Kedubes AS Foto: Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta Mantamiharja menyatakan Indonesia kalah dalam perang siber karena server pusat data nasional (PDN) diretas ransomware. Menurutnya, Indonesia tak memiliki keamanan yang mumpuni untuk melindungi PDN.
ADVERTISEMENT
Terlebih jika data tersebut diakuisisi oleh negara lain dan dipelajari sistem keamanannya, maka berisiko pada keamanan negara.
"Kalau data-data ini sudah diakuisisi oleh pihak satu negara, sudah mengerti pola, budaya, kapasitas, keamanan, pertahanan, keuangan, ekonomi, perilaku warga negara Indonesia. Saya kira ini akan berimbas kepada keamanan nasional," kata Sukamta dalam diskusi Polemik Trijaya dengan tema Pusat Data Bocor, Siapa Teledor? secara daring, Sabtu (29/6).
"Dan saya mengatakan, perang cyber itu sudah dimulai, perang cyber sudah dijalani, dan kita kalah dalam perang ini," tambah dia.
Kemudian, ia mengatakan dalam PDN ini terdapat juga data-data keamanan seperti data kepolisian, instalasi penting dari TNI, ekonomi dan kesehatan warga. Data tersebut merupakan data yang penting sebagai kedaulatan negara sehingga kebocoran data sangat dikhawatirkan.
ADVERTISEMENT
"Coba bayangin kalau pihak tadi, ya, satu negara mempelajari sistem keamanan. Bagaimana polisi mengamankan pola-pola pengamanannya, berapa personelnya, bagaimana pola laporannya, pola penanganannya, terus ketahuan," ucap Sukamta.
"Negara yang ingin membuat rusuh di Indonesia itu bagaimana mempekerjakan intelijen-intelijen asing memprovokasi orang, deployment, banyak agenda, kan gampang sekali langsung," tambahnya.
Ilustrasi Ransomware. Foto: Shutterstock
Celah tersebut membuat Indonesia dinilai dapat dengan mudah dikendalikan oleh pihak lain. Semua basis data yang dipelajari, dapat digunakan untuk penyerangan keamanan hingga ke pola konsumsi masyarakat.
"Itu akan membuat bangsa kita itu mudah di-drive. Oh kalau gitu jualan ke bangsa Indonesia ini saja yang dijual, begini cara menjualnya, supaya punya dampak nanti ketergantungan kepada negara saya gitu. Jadi ini sebetulnya, kita kehilangan kekayaan yang sangat luar biasa, kalau dinilai mungkin lebih dari 20 ribu triliun," pungkasnya.
ADVERTISEMENT