Polusi Udara Bahayakan Warga Jakarta, Pemerintah Didesak Cari Solusi Cepat

15 Agustus 2023 10:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan bermotor mengalami kepadatan di salah satu ruas jalan di kawasan Cawang, Jakarta, Senin (14/8). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan bermotor mengalami kepadatan di salah satu ruas jalan di kawasan Cawang, Jakarta, Senin (14/8). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Kualitas udara di Jakarta yang kian memburuk merupakan persoalan serius yang harus segera diatasi baik untuk jangka pendek, menengah maupun panjang. Hal itu diungkap Anggota DPD RI Dapil Jakarta Fahira Idris.
ADVERTISEMENT
Menurut Fahira, kualitas udara yang semakin menurun berpotensi menyebabkan berbagai macam penyakit gangguan pernapasan dan mengganggu konsentrasi serta fokus terutama bagi yang beraktivitas di luar ruang. Semua ini sangat berpengaruh menurunkan kualitas hidup dan produktivitas warga.
“Soal polusi udara ini, harus segera ada solusinya terutama untuk jangka pendek yaitu bagaimana merekayasa agar dalam waktu dekat ini tingkat pencemaran udara di Jakarta bisa dikurangi levelnya menjadi tidak berbahaya," kata Fahira dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/8).
"Warga tidak boleh dan tidak bisa berjuang sendiri untuk melindungi dirinya dari paparan polusi udara. Ini karena, sekuat apa pun warga berupaya agar tidak terpapar polusi, pasti punya keterbatasan karena udara sudah menyatukan dalam kehidupan manusia," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, kualitas udara yang buruk akan merugikan kita sebagai sebuah bangsa. Sebab, ia akan mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas masyarakat.
Fahira Idris mengungkapkan, kunci keberhasilan sebuah kota mengatasi ancaman polusi udara adalah menyasar langsung kepada sumber-sumber pencemaran yang diimplementasikan secara konsisten dan berkelanjutan seperti yang dilakukan banyak kota-kota besar di dunia.
"Di Beijing, China misalnya, jika mengacu pada laporan PBB 2018, kota ini berhasil menurunkan kadar polusi hingga 35% atau yang paling drastis di dunia," katanya.
Walau sempat terjebak, pada solusi jangka pendek yakni demi kebutuhan udara bersih untuk Olimpiade 2008. Mereka menangguhkan pembangkit listrik batu bara, relokasi pabrik, dan menghapus kendaraan berbahan bakar bensin, hanya menjadikan kualitas udara di Beijing membaik selama olimpiade saja.
Sejumlah kendaraan bermotor mengalami kepadatan di salah satu ruas jalan di kawasan Cawang, Jakarta, Senin (14/8). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Namun, pasca 2014, kualitas udara Beijing benar-benar membaik. Ini karena Pemerintah China langsung mengatasi sumber pencemaran udara yaitu alih energi dengan teknologi terkini dari batu bara ke gas.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, strategi yang sama ditempuh oleh Kota Delhi (India) dan Seoul (Korea Selatan). Kedua kota ini, mengadopsi kebijakan untuk mengurangi penggunaan batu bara dan memperbaiki teknologi pembangkit listrik.
Sementara di sektor transportasi yang juga menjadi salah satu sumber pencemaran udara, selain mempromosikan transportasi umum listrik, ditempuh juga kebijakan membatasi kendaraan bermotor.
Tidak hanya itu, banyak kota-kota besar di dunia yang juga memperkuat kesehatan udaranya dengan membiasakan warganya bersepeda dan berjalan kaki. Strateginya, memberi berbagai kemudahan bagi pesepeda dan pejalan kaki dengan membangun jalur sepeda dan pedestrian yang masif.
“Beijing, Delhi, Seoul dan banyak kota lain di dunia menyadari bahwa jika polusi semakin memburuk maka kualitas hidup mereka akan turun dan otomatis produktivitas warga kota juga turun. Makanya, mereka berinvestasi dengan meningkatkan pendanaan untuk mengatasi polusi dengan mengubah sumber energi pada dua sektor yaitu industri dengan beralih ke energi ramah lingkungan dan transportasi dari BBM menjadi gas atau listrik,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
Kata Pemerintah Pusat
Menteri ad intern ESDM, Sandiaga Uno, mendukung langkah pemerintah untuk memperbaiki kualitas udara di Jabodetabek yang menjadi sorotan selama satu minggu terakhir.
Politikus PPP ini menyebut, Presiden Jokowi sudah 4 minggu mengalami batuk-batuk.
"Presiden minta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret karena Presiden sendiri sudah batuk, katanya sudah hampir 4 minggu beliau [batuk], belum pernah merasakan seperti ini," kata Sandiaga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8).
Ia mengatakan, kondisi yang dialami Jokowi bisa saja karena kualitas udara yang buruk.