Populix Raih Pendanaan Rp 114 M: Buat Layanan Riset Simpel; Rencana Ekspansi

15 Agustus 2022 14:38 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Populix Co-Founders. Foto: Populix
zoom-in-whitePerbesar
Populix Co-Founders. Foto: Populix
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Populix, perusahaan riset berbasis digital asal Indonesia, meraih putaran pendanaan Seri-A senilai USD 7,7 juta atau setara Rp 114 miliar pada Juni 2022 lalu. Pendanaan ini dipimpin Intudo Ventures dan Acrew Capital, dengan partisipasi dari Altos Ventures dan Quest Ventures.
ADVERTISEMENT
Suntikan dana segar ini tentu bakal digunakan Populix untuk pengembangan perusahaan hingga teknologi layanan riset. Co-Founder & CEO Populix, Timothy Astandu, buka-bukaan dengan kumparan terkait rencana tersebut.
"Modal tersebut akan dipakai untuk mengembangkan teknologi lagi karena kami kan perusahaan teknologi, jadi yang kemarin itu akan kita percepat dan kemungkinan besar selain mengembangkan teknologi pasti kita akan merekrut orang-orang yang bertalenta membangun teknologi," jelas Timothy dalam wawancara beberapa waktu lalu.
Timothy mengatakan, pendanaan ini adalah awal dari target-target selanjutnya yang ingin dicapai Populix, seperti pendanaan pada tahap selanjutnya di Seri-B, produk layanan riset yang mudah dipakai semua orang, hingga ekspansi pasar ke negara-negara Asia Tenggara.
"Secara target perusahaan yang nomor satu, aplikasi kita pasti akan kita buat lebih seru lagi jadi orang-orang itu ingin main aplikasi kita, enggak cuma survei, tapi benar-benar aplikasi yang fun," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Dan kalau ada kesempatan, kalau market di luar sana lagi bagus, mungkin kita ingin membuka aplikasi kita di negara-negara tetangga jadi ini target 2023, kalau memang aplikasinya bagus di pasar, ya ingin ke Malaysia, Thailand, dan Filipina," imbuh Timothy.
Dr. Timothy Astandu, Co-Founder & CEO, Populix. Foto: Populix
Selain itu, Timothy juga menjelaskan visi-misi perusahaan yang tak kalah penting adalah upaya Populix meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya riset dan data sebelum membuka usaha. Mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang gemar berwiraswasta.
"Kita Indonesia kan negara yang sangat entrepreneurial, setiap jalan itu kita lihat ada warung, ada restoran, tapi selama ini kan orang ngandalin insting kan, instingnya bagus buka ini-ini, alangkah baiknya ya ada pakai data dalam membuat keputusan bisnis," terangnya.
ADVERTISEMENT
Didirikan pada Januari 2018, Populix memanfaatkan kekuatan teknologi untuk membangun platform riset one-stop-solution guna membantu bisnis, institusi, dan individu mengambil keputusan berbasis data.
Populix menawarkan layanan riset komprehensif secara kuantitatif maupun kualitatif untuk memahami kebutuhan pelanggan, menganalisis pasar, product testing, UI/UX study, brand health tracker, dan sebagainya.
Sejak 2020, Populix telah membantu lebih dari 1.500 klien, mulai dari perusahaan yang terdaftar di Fortune Global 500, pemerintah, perusahaan lokal, UMKM, hingga akademisi dan individu. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, Populix juga telah berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan perusahaan sebesar tiga kali lipat.

Poplite: Layanan Riset Mandiri dengan Biaya Terjangkau dan Segudang Kemudahan

Tampilan Poplite untuk Menyesuaikan Kriteria Demografi dan Jumlah Responden. Foto: Populix
Salah satu produk layanan riset dan data yang dikembangkan Populix adalah Poplite. Timothy menjelaskan Poplite memberikan kemudahan masyarakat dalam melakukan survei secara mandiri dengan biaya yang terjangkau.
ADVERTISEMENT
"Layanan Poplite itu layanan swadaya atau mandiri, kenapa harganya lebih terjangkau karena kita sudah tidak butuh rekrut responden ketika kita melakukan riset, atau enggak ada researcher menuntun si pengguna, itu kan yang mahal sebenarnya. Jadi benar-benar dari awal sampai akhir dia bisa mandiri," papar Timothy.
Saat ini, Populix memiliki lebih dari 300.000 basis responden yang tersebar di 300 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Untuk memastikan kualitas dari para responden tersebut, Populix melakukan skrining berkala untuk terus memahami preferensi, kebiasaan, dan opini mereka, serta menerapkan sistem PopScore yang menilai tingkat kejujuran dan keaktifan masing-masing responden.
Lebih lanjut, Timothy menjelaskan sejumlah keunggulan survei di Poplite yang bisa dimanfaatkan masyarakat secara mudah, termasuk bagi mereka yang masih awam melakukan riset.
ADVERTISEMENT
"Kita mau nanya apa sudah ada template-nya, pilih saja pertanyaannya, jadi orang-orang yang tidak ngerti riset pun dapat menggunakan layanan kita, benar-benar enggak usah mikirin pertanyaan yang susah-susah, kalau mau buat dari awal sendiri juga bisa, pilih responden semuanya pun sangat mudah," ungkapnya.
Terkait hasil pengolahan data surveinya pun, kata Timothy, bakal dijelaskan secara jelas kepada pengguna.
"Survei angkanya tertera secara jelas, bisa langsung dibayar menggunakan payment gateway. Kalau menggunakan pertanyaan template nanti hasil surveinya akan disertai rekomendasi di dashboard, sedangkan untuk pertanyaan yang dibuat dari awal hasilnya dapat dilihat di dashboard dan dapat diunduh dalam format CSV untuk diolah," terangnya.

Layanan Riset yang Mengikuti Perkembangan Zaman

Ilustrasi pekerjaan milenial di era digital. Foto: Shutter Stock
Timothy memastikan layanan Populix mengikuti perkembangan zaman, yang bisa diakses semua orang, mulai dari milenial, Gen Z hingga semua masyarakat Indonesia. Layanan pun bisa diakses dengan mudah melalui ponsel.
ADVERTISEMENT
"Kalau dulu kan urusan riset demennya kasih survei pakai kertas, pakai laptop, pilihannya harus download gambar, nah kita di Indonesia kan inginnya serba cepat, mudah, dan enggak neko-neko, dan makanya kenapa kita (Populix) hadir di handphone," kata Timothy.
Layanan Populix pun bisa diakses kapan dan di mana saja oleh para responden.
"Jadi misal lagi bosan main game atau lagi nunggu kereta, dia bisa buka aplikasi kita, bisa isi survei, bisa menuangkan opininya. Jadi kita hadir ke mereka dan ini kenapa kita mementingkan membuat aplikasi yang bagus dan seseru mungkin," imbuh Timothy.

Rekrutmen Talenta Teknologi hingga Rencana Ekspansi

Terkait pengembangan perusahaan, Timothy mengatakan, modal Rp 114 miliar yang didapat bakal dipakai untuk rekrutmen talenta teknologi terbaik, marketing, hingga meningkatkan kesejahteraan karyawan.
ADVERTISEMENT
"Budget-nya akan dipakai untuk rekrutmen talenta teknologi, itu yang menjadi besar, setelah itu ada pengembangan pasar, dan tentu ada juga budget marketing berhubungan untuk meningkatkan kesadaran publik pentingnya data sebelum membuat keputusan bisnis, itu kan mahal kita harus ke media dan sebagainya," terangnya.
"Terakhir, penggunaan dananya untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan supaya karyawan kita makin semangat dan termotivasi untuk mencapai target-target yang tentunya makin ambisius," tambahnya.
Poplite by Populix. Foto: Populix
Terkait rencana perluasan pasar layanan Populix ke negara-negara tetangga, Timothy berharap bisa mulai dilakukan pada pertengahan hingga akhir 2023.
"Jadi secara bisnis kita enggak akan buka kantor di sana, tapi aplikasi kita yang akan di sana, jadi orang di negara tetangga ingin membuat survei, nanya soal kepuasan pelanggan terhadap makanan di restoran mereka, nah survei-survei itu yang mandiri, yang akan kita kembangkan ke negara tetangga," kata Timothy.
ADVERTISEMENT
Rencana ekspansi ke Malaysia, Thailand, dan Filipina ini, kata dia, melihat pada kebutuhan survei masyarakat di negara-negara tersebut yang secara demografi dan kebiasaan hampir sama dengan masyarakat Indonesia. Namun, Timothy memastikan, layanan-layanan Populix akan diperkuat lebih dulu di Indonesia.
"Jadi (sebelum ekspansi ke Malaysia, Thailand, dan Filipina) kenapa kita mau kuat dulu di Indonesia karena (kebiasaan) kita nempel banget ke handphone dan Populix itu perusahaan teknologi, maka kuat banget di handphone, jadi kita mau ke negara-negara tetangga karena orang-orang sana yang pasti nempel ke handphone," pungkasnya.