Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Potensi Gempa di Cekungan Bandung, Perlu Ada Revisi Tata Ruang
3 Oktober 2018 17:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Kawasan cekungan Bandung masuk ke dalam peta rawan gempa yang kerentanannya cukup tinggi. Di utara cekungan Bandung yakni di wilayah Lembang hingga Padalarang terbentang sebuah patahan atau lempengan aktif yang dinamai Sesar Lembang. Sesar ini menyimpan potensi gempa berkekuatan 6,5-7 magnitudo.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran akan gempa yang dahsyat di wilayah ini tentunya perlu diketahui oleh masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar cekungan Bandung.
Seperti Depi Gunawan (32) warga Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat baru menyadari bahwa di dekat rumahnya dilintasi lempengan aktif yang menyimpan potensi gempa bumi. Rumahnya hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Gunung Batu yang dijalari oleh sesar atau patahan Lembang.
Selama ia tinggal di sana bersama keluarganya berpuluh-puluh tahun, ia baru menyadari ada ancaman gempa bumi yang berpusat tak jauh dari kediamannya. Namun, hal itu ia ketahui bukan dari sosialisasi pemerintah melainkan dari pemberitaan di media massa.
“Masyarakat tahu dari mulut ke mulut saja. Kalau saya tahunya dari berita-berita,” ujar Depi kepada kumparan, Rabu (3/10).
ADVERTISEMENT
Rumah Depi berada di kawasan padat penduduk. Selain itu, di sana terdapat sejumlah pusat-pusat aktivitas masyarakat, seperti tempat wisata, Gedung Sespim Polri dan pasar terbesar yang ada di Lembang, Pasar Panorama.
Menyadari ada potensi gempa bumi yang berpusat di dekat rumahnya, ia mengaku akan lebih awas untuk meminimalisir reskio. Meskipun, ia mengaku, bangunan rumahnya tidak dirancang untuk tahan gempa.
“Ya, kalau ada gempa saya berusaha agar bisa cepat keluar rumah,” katanya.
Sementara, berdasarkan hasil penghitungan Pusat Vulkanologi Mitigasis Bencana Geologi (PVMBG), kawasan rumah Depi, apabila dihitung dalam skala Mercalli—satuan untuk menakar dampak kerusakan—masuk dalam skala lebih dari 8. Artinya, apabila Sesar Lembang bergerak secara serempak, bangunan di kawasan tersebut akan ambruk.
ADVERTISEMENT
Penelitian soal aktivitas Sesar Lembang telah dilakukan oleh sejumlah peneliti geologi. Sebagian besar peneliti meyakini bahwa sesar yang menjalar sepanjang 29 kilometer ini aktif. Sesar ini pun menyimpan potensi gempa bumi berkekuatan 6,5-7 magnitudo. Sesar ini mengular dari arah barat, kawasan Ngamprah, hingga ke arah timur, kawasan Batu Lonceng.
Mitigasi dan Evaluasi Tata Ruang
Menurut peneliti dari Kelompok Riset Cekungan Bandung T. Bachtiar menyebutkan, langkah yang konkret saat ini untuk mengantisipasi risiko gempa bumi dari Sesar Lembang adalah melakukan mitigasi sedini mungkin.
Menurutnya, masyarakat yang tinggal di cekungan Bandung harus paham dengan potensi gempa bumi yang sewaktu-waktu mengancam mereka.
“Masyarakat harus dilatih untuk mengatasi risiko gempa bumi. Salah satunya dengan memberikan pemahaman kepada anak-anak di sekolah untuk berlindung ketika ada gempa,” kata Bachtiar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia berharap kepada pemerintah untuk membuat aturan soal perizinan mendirikan bangunan di kawasan rawan gempa. Karena, menurutnya, saat ini tata ruang di cekungan Bandung belum dirancang dengan standar sesuai wilayah rawan gempa.
“Untuk saat ini Pemda harus memperketat perizinan mendirikan bangunan. Jadi ketika membangun harus ada analisis dari ahli gempa. Untuk bangunan yang sudah berdiri sarannya harus memperkuat konstruksinya,” kata dia.
Sementara itu Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI Adrin Tohari mengatakan, karakter geologi cekungan Bandung didominasi oleh tanah lengkung. Artinya, karakteristik tanah di wilayah cekungan Bandung bersifat gembur. Dengan kondisi seperti itu, apabila terjadi gempa, daya rusaknya akan tinggi.
“Tanah lengkung, lunak, akan menguatkan getaran. Perumpamaanya kita punya adonan kue yang masih basah kalau kita guncang maka di permukaan adonan itu akan kelihatn guncangan hebat. Kalau padat tidak akan keliatan ada guncangan besar,” ujar Adrin di Bandung.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, ia katakan, pemerintah daerah seharusnya menjadikan sejumlah penelitian mengenai potensi gempa di Cekungan Bandung sebagi acuan untuk menata ruang pemukiman.
“Pemda ketika kita menunjukan peta yang memberikan informasi adana ancaman gempa kemudian informasi percepatan gempa itu ada di peta itu. Maka itu bisa dijadikan basis untuk merevisi tata ruang mereka. Kemudian juga menghasilkan aturan juga untuk mengeluarkan IMB,” kata dia.