Potensi Megathrust, 50 KK di Maluku Bangun Rumah di Hutan: Trauma Gempa 2019

3 September 2024 9:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Negeri Tial di rumah yang mereka bangun di tengah hutan. Dok: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga Negeri Tial di rumah yang mereka bangun di tengah hutan. Dok: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setidaknya 50 kepala keluarga (KK) di Negeri Tial, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, mengungsi ke kawasan perbukitan di hutan Dusun Hatuwe.
ADVERTISEMENT
Mereka mengungsi sebagai bentuk ikhtiar bertahan dari dampak gempa megathrust di Laut Banda, Maluku, seperti yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) beberapa waktu lalu.
"Setelah mendengar berita dari BMKG, kita sebagai masyarakat wajib untuk mewaspadai. Kita sudah trauma dengan peristiwa gempa Maluku 2019," kata salah satu warga, Wa Ode Bania, ketika ditemui di lokasi pengungsian, Selasa (3/9).
Pada 2019 itu, dua gempa besar mengguncang wilayah tersebut hingga muncul potensi tsunami.
Wa Ode menyebut manusia tidak bisa menebak kapan gempa datang sebab menjadi kuasa dari Tuhan, namun dengan adanya peringatan dari sumber resmi, sebagai masyarakat patut untuk mewaspadainya.
"Makanya semenjak kita mendengar kabar dari BMKG pusat, kami masyarakat yang ada di sini lalu mendirikan tenda-tenda di pegunungan Dusun Hatiwe," ucapnya.
Rumah yang dibangun di tengah hutan. Dok: kumparan
Wa Ode menyebut tenda dibangun di wilayah perbukitan sebagai tempat beristirahat di malam hari serta untuk bangunan ditempatkannya para lansia dan anak-anak jika memang gempa itu terjadi.
ADVERTISEMENT
Warga lainnya, Arju Tuarita, mengatakan banyak warga yang membangun rumah di kawasan lebih tinggi setelah mendengar akan terjadinya gempa megathrust di wilayah Indonesia termasuk Laut Banda.
"Apalagi kita kan tinggal di pesisir yang sangat dekat dengan pantai. Jadi ketika mendengar peringatan itu, beta (saya) disuruh oleh mama untuk bangun rumah seadanya di kawasan perbukitan," ungkapnya.
Landscape pemandangan dari Dusun Hatuwe, Maluku. Dok: kumparan
Dia bercerita, ibunya sampai kepikiran akan adanya peringatan tersebut. "Mama sampai tidak bisa tidur dengan nyenyak. Maunya cepat buat rumah di gunung agar di waktu malam bisa tidur di sana," kisahnya.
Warga berharap, pemerintah bisa memasok air bersih ke lokasi tempat tinggal sementara warga serta membutuhkan penjelasan resmi dari BMKG agar masyarakat tidak khawatir terus-menerus.
ADVERTISEMENT