Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Potret Kurikulum Merdeka di Yogya: Ortu Tak Setuju Peminatan, Guru BK Jadi Sibuk
18 Juli 2024 14:09 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
SMAN 10 Yogyakarta telah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak dua tahun lalu. Sehingga tak ada lagi jurusan IPA-IPS-Bahasa di dua angkatan terakhir.
ADVERTISEMENT
"Sudah, SMAN 10 sudah masuk tahun kedua implementasi Kurikulum Merdeka. Jadi kelas 10 dan 11, dua angkatan sudah Kurikulum Merdeka ini," kata Kepala SMAN 10 Yogya, Sri Moerni, melalui sambungan telepon, Kamis (18/7).
Dengan dihapusnya jurusan, maka saat ini yang ada adalah kelas peminatan anak. Kelas disesuaikan dengan cita-cita anak akan melanjutkan program studi apa saat di bangku perguruan tinggi mendatang.
"Misalkan anak itu kecenderungannya ingin di kedokteran. Itu kami siapkan jurusan yang komposisinya mengarah ke sana ada yang komposisi biologi, kimia, matematika, fisika, seperti itu," jelasnya.
"Kalau kemudian ada yang ingin ke akuntansi atau hubungan internasional ya suasananya kami desain seperti jurusan di IPS ada sosiologi, Bahasa Inggris, kemudian ekonomi, seperti itu," bebernya.
ADVERTISEMENT
Di kelas 11 SMAN 10, total ada enam kelas. Enam kelas itu terdiri dari enam warna sesuai dengan peminatan dan cita-cita anak.
"Kurang lebih materi yang disiapkan yang diidam-idamkan," jelasnya.
Lalu bagaimana jika banyak siswa yang ingin masuk kedokteran? Moerni mengatakan jika peminat di salah satu bidang banyak maka jumlah rombongan belajar atau rombel akan ditambah. Sementara yang tak diminati dikurangi.
"Kalau memang melebihi dari kelas (peminatnya) kita buka dua rombel. Disesuaikan dengan minat siswa karena pembelajaran berpusat pada siswa implementasinya seperti itu juga," bebernya.
Sejauh ini di SMAN 10 minat siswa beragam mulai dari sains hingga humaniora.
Tantangan Peralihan Kurikulum
Selama dua tahun penerapan Kurikulum Merdeka, Moerni mengakui ada tantangan yang dihadapi. Misal saja anak dan orang tua tidak klop soal peminatan. Mau tak mau, guru bimbingan konseling menjadi yang paling sibuk.
ADVERTISEMENT
"Kemudian juga sekolah terkait SDM dimiliki harus ditata sedemikian rupa. Kadang itu maunya anak ini-ini, tapi kan ketersediaan guru harus kita pikirkan," bebernya.
Untuk mengatasi persoalan ini, SMAN 10 tidak menambah guru tetapi menata SDM sebaik mungkin sehingga kalau guru dimungkinkan harus mengajar lebih banyak diperbolehkan asal tak melampaui aturan dapodik sekolah.
Bagaimana Ujian Siswa?
"Sekarang kalau untuk ujian istilahnya asesmen, itu masih tetap ada. Jadi untuk pembelajaran awal sebelum dimulai materi itu harus ada yang namanya asesmen diagnostik untuk mengetahui pemahaman anak yang kemarin sudah belajar di kelas 10," katanya.
Kemudian ada asesmen formatif yang dulu disebut ulangan harian atau tugas. Lalu di akhir semester ada asesmen sumatif untuk menentukan nilai anak.
ADVERTISEMENT