Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
PPKM Akan Disetop? Hati-hati, di Jepang Masih Ratusan Orang Wafat karena COVID
22 Desember 2022 11:41 WIB
ยท
waktu baca 2 menit![Warga China yang tinggal di Jepang memegang lembaran kertas putih selama protes solidaritas menentang penguncian COVID-19 China, di Tokyo, Jepang, Rabu (30/11/2022). Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gk45bp92dr8nany1rxz8fbyd.jpg)
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi berencana tak melanjutkan kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia pada akhir tahun 2022. Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengatakan rencana pemerintah pasti sudah melalui kajian yang matang.
ADVERTISEMENT
"Apa yang disampaikan pemerintah Pak Presiden tentu sudah melalui bahan kajian mendalam rencana ini baik dari sisi epidemiologi, masukan-masukan dari berbagai ahli. Termasuk fakta-fakta di lapangan situasi saat ini termasuk jumlah positif harian, fatalitas ratenya, tingkat keseluruhan positif aktif yang ada saat ini," kata Rahmad, Kamis (22/12).
"Sehingga apa yang disampaikan dan direncanakan presiden tentu sudah jadi pertimbangan matang," lanjutnya.
Namun, politikus PDIP itu memberikan sejumlah catatan kepada pemerintah. Ia meminta pemerintah tetap menggaungkan pola hidup sehat dan meningkatkan booster bagi masyarakat.
"Kepada pemerintah kita harapkan aksi pola hidup sehat tetap kita gelorakan dengan ini meskipun suasana saat ini sudah cukup baik. Tapi kita tidak boleh lengah dan tidak boleh anggap COVID itu tidak berbahaya. Booster juga harus ditingkatkan masih di bawah 50 persen," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Rahmad juga mengimbau agar masyarakat tak boleh euforia berlebihan terkait rencana tersebut. Apalagi menganggap corona sudah tak ada dan tidak berbahaya.
"Kepada masyarakat tidak boleh euforia apalagi menganggap COVID sudah tidak ada, tidak berbahaya, itu salah. COVID masih mematikan lihat negara Jepang saat ini masih ribuan kasus harian sedangkan fatality rate ratusan per hari di Jepang," kata dia.
"Kita tidak boleh anggap sepele, anggap enteng , apalagi anggap sudah tidak ada," tutup Rahmad.