PPKM Darurat: Seberapa Efektif Langkah Pemerintah Atasi Kelangkaan Oksigen?

16 Juli 2021 10:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kendaraan melintasi Tol Dalam Kota Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (15/7/2021). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kendaraan melintasi Tol Dalam Kota Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (15/7/2021). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kelangkaan oksigen selama gelombang kedua COVID-19 di Indonesia telah menjadi isu serius yang mesti terus diatasi pemerintah. Kebutuhan yang makin tinggi ditambah banyaknya oknum yang menimbun oksigen menjadi persoalan.
ADVERTISEMENT
Berbagai langkah telah diambil untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi khususnya di berbagai rumah sakit yang ada di Pulau Jawa. Tak hanya itu, kebutuhan oksigen bagi para pasien isolasi mandiri di rumah juga ternyata cukup tinggi.
Bila melihat kebutuhan oksigen rumah sakit Indonesia dalam kondisi normal yaitu sebanyak 60 ton per hari. Namun dengan adanya kebutuhan yang tinggi ini permintaan oksigen mencapai hingga lebih dari 2000 ton per hari.
PPKM Darurat pun diberlakukan untuk mengatasi lonjakan kasus sejak 3-20 Juli. Harapannya, kasus juga akan turun dan kebutuhan oksigen menurun.
Apa saja yang sudah dilakukan hingga hari ke-13 PPKM Darurat? Sudah optimalkah?
Berikut kumparan rangkum upaya tersebut, Jumat (16/7).
Petugas memeriksa tabung oksigen untuk bantuan penanganan COVID-19 di Pabrik Gas Industri Krakatau Steel, Cilegon, Banten, Selasa (13/7/2021). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Menkes bentuk Satgas Oksigen
ADVERTISEMENT
Di minggu awal pelaksanaan PPKM Darurat Jawa-Bali, kabar mengenai kelangkaan oksigen ini muncul pertama di DKI Jakarta yang merupakan provinsi dengan angka kasus tertinggi. Setelah itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kemudian membentuk Satgas Oksigen di berbagai provinsi. Ini akan memudahkan proses monitoring terkait rumah sakit mana saja yang memang membutuhkan pasokan oksigen.
"Kita sudah mengidentifikasi kebutuhan oksigen di masing-masing rumah sakit. Kita sudah buat Satgas Oksigen di masing-masing provinsi, kita akan gerakkan agar satgas ini bisa menyesuaikan supply yang ada dan demand yang ada, juga transportasi logistiknya ke masing-masing rumah sakit dari produsen yang ada," kata Budi dalam keterangan pers virtual, Senin (5/7).
Produksi oksigen industri dialihkan hingga kendala distribusi
ADVERTISEMENT
Koordinator PPKM Darurat, Luhut Binsar Pandjaitan, juga meminta agar Kementerian Perindustrian memberikan komitmennya untuk mengalokasikan kebutuhan oksigen industri hingga 90 persen untuk keperluan medis.
Sementara itu, rumah sakit di Jawa Tengah telah banyak yang menyatakan tak memiliki cadangan oksigen sama sekali. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akhirnya memberikan penjelasan bahwa adanya kendala dalam pendistribusian oksigen. Menurutnya, produksi oksigen yang ada di provinsi tersebut tak sebanyak yang ada di provinsi lain, misalnya di Jawa Barat.
Selain karena permasalahan distribusi, Budi juga menambahkan adanya kendala pada jumlah dari tabung oksigen yang juga ternyata tak mencukupi. Sehingga, ia kemudian meminta agar dilakukannya impor tabung oksigen oleh Kemenperin.
"Karena formatnya rumah sakit banyak yang menggunakan tabung, karena tambahan kamar-kamar darurat sehingga tidak pakai oksigen yang liquid. Sehingga kita lihat ada sedikit issue di distribusi yang tadinya bisa kita kirim truk besar langsung masuk ke tangki besar liquid untuk didistribusikan dengan jaringan oksigen, sekarang harus dalam bentuk tabung," jelasnya dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Senin (5/7).
ADVERTISEMENT
Selain itu, produksi oksigen yang ada di luar Jawa juga ditarik untuk membantu menambah pasokan. Sebanyak 800 ton oksigen dari Batam juga dikirim ke Jawa dan Bali.
Pemerintah putuskan impor oksigen maupun oksigen konsentrator
Langkah tersebut ternyata dinilai masih belum dapat memenuhi permintaan oksigen yang melambung tinggi. Pemerintah kemudian menjalankan opsi lain yakni mengimpor oksigen dari berbagai negara. Sebanyak 10 ribu tabung oksigen dipesan dari Singapura. Pemerintah bahkan memberikan bebas bea masuk untuk mempermudah proses impor oksigen tersebut.
"Sekarang kita pesan 10 ribu dan sebagian datang pakai pesawat Hercules dari Singapura dan akan ambil dari tempat-tempat lain bila dirasakan masih ada kekurangan," jelas Luhut.
Pemerintah kemudian menyadari bahwa pendistribusian oksigen ini cukup sulit dilakukan. Untuk itu, Menkes merencanakan ke depannya untuk menggunakan oksigen konsentrator yang lebih mudah.
ADVERTISEMENT
"Tabung [oksigen] ini logistiknya susah, tapi kita lakukan. Kita ada strategi ketiga kita memakai alat yang namanya oksigen konsentrator. Alat ini bisa dibeli, mungkin harganya antara 500-800 [Dolar] AS (sekitar Rp 7,2-11,5 juta). Dia mengkonversi, dicolokin langsung ke listrik, dia mengonversi udara langsung jadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93 persen," jelas Budi Gunadi dalam raker bersama Komisi IX DPR secara virtual, Selasa (13/7).
Walau terbilang lebih praktis, alat ini juga membutuhkan daya listrik yang cukup banyak. Untuk itu, Budi berharap agar tidak terjadi mati listrik di rumah sakit karena menggunakan oksigen konsentrator.
Pemerintah sebelumnya telah mendatangkan 30 unit oksigen konsentrator dari Singapura untuk menambah pasokan oksigen bagi pasien corona. 30 unit ini merupakan bagian dari 10 ribu oksigen konsentrator yang dibeli pemerintah Indonesia dari Singapura.
ADVERTISEMENT
Pengimporan oksigen juga tetap dilakukan sebanyak 600 sampai 700 ton per harinya.
Oksigen generator mulai dipersiapkan untuk pasien isoman
Strategi di atas merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit. Sementara kebutuhan oksigen bagi pasien isoman di rumah masih belum terpenuhi.
Dalam beberapa waktu belakang, kasus kematian pada pasien isoman ditemukan cukup banyak di berbagai daerah. Ini dipicu oleh perburukan gejala yang tak terkontrol. Kebanyakan dari pasien biasanya mengalami sesak napas sehingga membutuhkan bantuan alat napas.
Untuk itu, Luhut menyampaikan bahwa telah mulai mengimpor puluhan ribu oksigen generator yang diperuntukan bagi pemukiman warga.
"Kita mulai mengimpor 40.000 oksigen generator itu kita gunakan untuk kasus ringan untuk di perumahan dan karantina," katanya dalam Investor Daily Summit 202 virtual, Rabu (14/7).
ADVERTISEMENT
"Kami harap tanggal 15 itu makin baik suplainya. Sudah mulai berdatangan dari Tiongkok kita dapat oksigen generator 1.500 yang 5 liter dan 10 liter. Lalu dari Singapura juga ada berapa ribu jadi kita mungkin dekat-dekat 10 ribu akan kita terima bulan ini," tambah Luhut.
Analisis
Walau seluruh upaya telah dikerahkan pemerintah, nyatanya hingga saat ini masih banyak rumah sakit yang menyatakan bahwa stok oksigen mereka telah menipis.
Misalnya, di Jakarta saja, masih ada antrean orang membeli oksigen di sejumlah titik. Di sebuah RS di Pangandaran, 73 pasien juga menunggu stok oksigen datang karena pasokan habis.
Oksigen merupakan alat bantu napas yang paling krusial, terutama bagi pasien COVID-19 bergejala hingga kritis. Harus ada tindakan sampai mengakar untuk memastikan pasien COVID-19 mendapatkan oksigen.
ADVERTISEMENT
Pemerintah dan aparat dinilai juga harus terus berani menindak mereka yang sengaja menimbun atau membuat harga oksigen naik berkali-kali lipat.
Menurutmu, seberapa efektif langkah pemerintah atasi kelangkaan oksigen?