PPP Bela Jokowi: Kerumunan di NTT Tak Disengaja, Satgas COVID-19 Harusnya Aktif

24 Februari 2021 18:04 WIB
Wasekjen PPP Achmad Baidawi saat menggelar konferensi pers Mukernas V PPP di DPP PPP, Jakarta Pusat, Rabu (11/12). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wasekjen PPP Achmad Baidawi saat menggelar konferensi pers Mukernas V PPP di DPP PPP, Jakarta Pusat, Rabu (11/12). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
PPP menilai kerumunan yang terjadi saat kunjungan Presiden Jokowi di Maumere, NTT, Selasa (23/2) kemarin hanya spontanitas. Ketua DPP PPP Achmad Baidowi menilai, kerumunan terjadi tanpa unsur kesengajaan sama sekali.
ADVERTISEMENT
"Kalau dilihat dari situasinya tidak ada unsur kesengajaan, ya, karena spontanitas. Misalnya sedari awal sudah mematuhi protokol kesehatan," kata Awiek-- sapaan Achmad-- kepada wartawan, Rabu (24/2).
Ia mengatakan, Jokowi tidak setiap saat berkunjung ke NTT. Sehingga masyarakat secara naluriah ingin mengabadikannya agar tak kehilangan momen.
"Tapi karena presiden itu tidak setiap saat berkunjung, maka naluriah masyarakat ingin mengabadikannya tidak mau kehilangan momentum," tuturnya.
Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, NTT. Foto: YouTube/Setpres
Awiek juga menilai rombongan kepresidenan sudah mematuhi protokol kesehatan. Sehingga tidak ada prosedur yang salah.
"Selain itu rombongan presiden sudah divaksin dan lolos pemeriksaan kesehatan," tuturnya.
Dalam persoalan ini, Awiek malah mempertanyakan tugas dari Satgas COVID-19 di NTT. Menurutnya, Satgas setempat seharusnya melakukan sejumlah antisipasi untuk mencegah kerumunan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Setidaknya Satgas COVID-19 harusnya lebih aktif melakukan pencegahan dan mengantisipasi bakal menumpuknya warga," ujarnya.
Sekretaris Fraksi PPP di DPR ini menilai Satgas COVID-19 tidak profesional dan tidak bertanggung jawab dalam mengantisipasi agenda kemarin.
"Artinya ada ketidakprofesionalan dalam kinerja di lapangan," pungkasnya.
Sebelumnya, politikus PDIP Hendrawan Supratikno juga menilai kerumunanan yang terjadi karena bentuk spontanitas semata. Ia berharap ke depan hal tersebut diantisipasi agar tidak terulang kembali.
"Ini sifatnya spontan sehingga tidak sepenuhnya masuk protokol antisipasi. Namun demi keelokan narasi, hal-hal demikian harus diantisipasi di masa depan dan tidak sepantasnya dijadikan tontonan," kata Hendrawan.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.