PPP Sebut Pernyataan Said Soal Imam Masjid Hingga KUA Hanya Metafora

28 Januari 2019 17:49 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi (tengah kanan) dan Ketua PB NU, Said Aqil (tengah kiri), di Harlah Ke-73 Muslimat NU, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019).  (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi (tengah kanan) dan Ketua PB NU, Said Aqil (tengah kiri), di Harlah Ke-73 Muslimat NU, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani ikut bersuara terkait polemik pernyataan Ketum PB NU Said Aqil Siradj yang mengatakan imam masjid, khatib, hingga KUA harus dipegang NU.
ADVERTISEMENT
Arsul meminta publik tak menyikapi pernyataan Said itu secara serius. Sebab, menurut Arsul, karakter NU sebagai organisasi Islam memiliki cara khas menyampaikan sesuatu.
"Jadi begini, NU ini jamiyaah organisai dan jemaah kelompok masyarakat yang penuh dengan metafora dan kemudian penuh dengan humor," kata Arsul di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (28/1).
Arsul melanjutkan, Said Aqil menyampaikan pernyataannya itu sebenarnya adalah cara khas NU agar formasi pejabat-pejabag adalah orang yang punya komitmen kebangsaan.
"Yang punya paham keberagaman yang moderat. Yang tidak ingin mengganti empat konsensus negara (Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI) kita, itu saja tafsirannya," ucap Arsul.
Sekjen PPP Arsul Sani. (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen PPP Arsul Sani. (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
"Bukan berarti bahwa bener-bener harus orang NU dalam arti punya segala macam, tetapi adalah orang yang punya paham moderat dalam konteks empat konsensus," imbuh Wakil Ketua Komisi III DPR itu.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Arsul berpandangan, pernyataan Said Aqil itu hanya soal pemilihan diksi (kata) saja, agar terlihat menarik perhatian dan menyentak.
"Saya kira tafsiran dalam arti komitmen bernegara tadi artinya paham keagamaan yang moderat, kemudian kita tidak boleh terlena dengan paham keagamaan transnasional yang diimpor dari luar negeri yang ingin mengganti sendi-sendi konsesus negara," tegas Arsul.
Sebelumnya, Said menyampaikan pernyataannya kontroversialnya itu saat memberikan sambutan dalam Harlah Muslimat NU ke-73 di SUGBK.
"Peran agama harus kita pegang. Imam masjid, khatib-khatib, KUA-KUA, Kemenag harus dari NU, kalau dipegang selain NU salah semua, nanti banyak bid'ah kalau selain NU. Ini bid'ah, tari-tari sufi bid'ah nanti," ungkap Said, Minggu (27/1).