news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PPP Sindir Ketua BPIP: Tokoh Bangsa Lain Juga Teladani Nabi Muhammad

1 Oktober 2021 13:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi bersiap mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi II DPR di Kompleks Parlemen, Senayan Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi bersiap mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi II DPR di Kompleks Parlemen, Senayan Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
ADVERTISEMENT
Sekjen DPP PPP Arsul Sani kurang setuju dengan pernyataan terbaru Kepala BPIP Yudian Wahyudi yang menyebut Presiden ke-1 Sukarno sebagai sosok umat Islam paling berhasil meneladani politik lapangan Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Di antaranya keberhasilan itu karena Bung Karno mewujudkan teori politik majemuk seperti dalam Piagam Madinah. Soekarno mempersatukan 54 negara atau 54 kerajaan di Indonesia.
Arsul mengatakan selain Presiden Sukarno, banyak pihak yang ikut berkontribusi dalam menyatukan berbagai pihak jelang kemerdekaan.
“Pernyataan Ketua BPIP tidak harus diartikan sebagai pengakuan terhadap Bung Karno saja dalam peran menyatukan kesultanan yang ada untuk menerima dan bergabung ke dalam NKRI,” kata Arsul kepada kumparan, Jumat (1/10).
“Fakta sejarahnya, kan, memang bukan hanya Bung Karno sendiri yang mengajak dan menyatukan kesultanan-kesultanan yang pada saat menjelang kemerdekaan itu masih eksis,” lanjutnya.
Presiden Pertama Indonesia Sukarno. Foto: Getty Images
Berbeda dengan Nabi Muhammad SAW, Arsul menilai lebih banyak tokoh bangsa yang mendorong konsep bernegara bersama dengan Sukarno. Sehingga tokoh-tokoh tersebut seharusnya juga diberi apresiasi yang sepadan dengan Presiden ke-1 tersebut.
ADVERTISEMENT
“Banyak tokoh-tokoh bangsa lainnya yang juga meyakinkan hal yang sama sehingga NKRI sebagai sebuah konsep bernegara itu bisa diterima oleh semua pihak, termasuk kesultanan-kesultanan yang ada. Para tokoh bangsa ini juga perlu kita apresiasi sebagaimana kita mengapresiasi terhadap Bung Karno,” ujar Arsul.
Adapun banyaknya tokoh yang berkontribusi merealisasikan NKRI menunjukkan banyak pihak yang juga meneladani ajaran Nabi Muhammad SAW. Ia menilai kurang tepat jika Sukarno disebut sebagai umat Islam yang paling meneladani politik lapangan Nabi Muhammad SAW.
“Soal keberhasilan Bung Karno meneladani ajaran Nabi Muhammad SAW itu juga harus dimaknai bahwa semua pendiri bangsa pada waktu itu secara kolektif juga berhasil mengambil teladan dari Nabi Muhammad tersebut,” tutur Arsul.
Pernyataan kontroversial Yudian bukan hanya sekali. Sehingga Arsul meminta Yudian berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan, termasuk soal penilaiannya bahwa Sukarno adalah sosok umat Islam yang berhasil meneladani politik lapangan Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
“PPP menyarankan Kepala BPIP agar mengartikulasikan pesan dan komunikasi publiknya dengan lebih baik dan menghindarkan potensi kontroversi,” tandas Arsul.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi hadir dalam diskusi 'Peringatan 61 Tahun Pidato Bung Karno di Sidang PBB' yang disiarkan di YouTube Bamusi TV, Kamis (30/9). Dalam diskusi ini, Yudian menyinggung Bung Karno sebagai umat Islam yang berhasil meneladani politik lapangan Nabi Muhammad SAW.
Presiden Pertama Indonesia Sukarno. Foto: AFP
"Bung Karno itu adalah umat Islam yang paling berhasil meneladani politik lapangan Rasulullah, Nabi Muhammad pada waktu Makkah revolusi pertama tidak berdarah dalam sejarah. Bung karno memimpin bangsa Indonesia ini proklamasi tidak berdarah," kata Yudian.
Selain itu, Yudian menyebut Bung Karno juga berhasil mewujudkan teori politik majemuk seperti dalam piagam Madinah (dokumen yang disusun Nabi Muhammad SAW terkait perjanjian dengan suku dan kaum penting di Yasthrib tahun 622).
ADVERTISEMENT
Prestasi lainnya adalah Bung Karno yang berupaya mempersatukan 54 negara atau 54 kerajaan di Indonesia. Yudian menilai peristiwa ini tidak akan terjadi apabila Indonesia tidak dipimpin oleh Sukarno, yang mewujudkan juga kemerdekaan RI.