Prabowo Beberkan Diplomasi Ala ASEAN: Lebih Baik Bicara Lama Daripada Bertempur

12 April 2025 3:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Prabowo Subianto tiba saat mengumumkan penyaluran tunjangan guru ASN daerah ke rekening guru di Plaza Insan Berprestasi, Gedung Kemendikdasmen, Jakarta, Kamis (13/3/2025). Foto: Yasuyoshi Chiba/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Prabowo Subianto tiba saat mengumumkan penyaluran tunjangan guru ASN daerah ke rekening guru di Plaza Insan Berprestasi, Gedung Kemendikdasmen, Jakarta, Kamis (13/3/2025). Foto: Yasuyoshi Chiba/AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan cara diplomasi yang menjadi tradisi orang Asia, khususnya Asia Tenggara. Kata dia, cara diplomasi ASEAN (Association of South East Nation) lebih mengedepankan dialog dibanding angkat senjata.
ADVERTISEMENT
Prabowo memberikan contoh negara-negara di Asia Tenggara pada masa lalu yang saling mengirim pasukan untuk mengamankan atau mencaplok wilayah satu sama lain.
Kemudian, ketegangan-ketegangan itu luntur setelah berunding dan lahir organisasi ASEAN yang dibentuk pada 8 Agustus 1967 oleh lima perwakilan dari lima negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand.
“Selama 50 tahun, tidak ada konflik besar. Memang kadang perundingan membosankan, panjang. Tapi kami percaya, lebih baik bicara lama daripada bertempur,” kata Prabowo saat menjadi pembicara di sesi khusus pada acara Antalya Diplomacy Forum (ADF) di Antalya, Turki pada Jumat (11/4).
“Itu tradisi Asia. Kadang pembicaraan bisa lama, berlarut-larut, tapi ujung-ujungnya ada interaksi, ada saling pengertian, dan kita akhirnya mengutamakan kepentingan bersama,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Prabowo mengatakan, Indonesia memegang asas non-blok sehingga tidak akan berpihak dengan pihak mana pun apalagi dalam hal militer. Ia mengungkapkan filosofi tentang persatuan yang ia sering ungkapkan juga saat memberikan pidato di Indonesia.
“Itulah filosofi saya. Seribu teman, terlalu sedikit. Satu musuh, terlalu banyak,” tutur Prabowo.
“Saya ingin Indonesia punya hubungan baik dengan semua kekuatan besar dunia. Dan dengan begitu, kita bisa jadi jembatan, penengah, mediator,” imbuhnya.