Prabowo: Berkuasa Ada Saatnya Naik dan Ada Saatnya Turun

6 Februari 2017 14:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Prabowo di kampanye akbar (Foto: M Agung Rajasa/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo di kampanye akbar (Foto: M Agung Rajasa/Antara)
Kondisi politik dalam sepekan terakhir cukup memanas, dipicu saling lempar soal dugaan penyadapan terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY dan Partai Demokrat ngotot meminta pemerintah untuk menelusuri siapa yang telah menyadap pembicaraanya dengan Rais Aam PBNU Kiai Ma'ruf Amin.
ADVERTISEMENT
Tak merasa bersalah, Presiden Jokowi justru mempertanyakan tudingan SBY tersebut. Presiden menilai SBY salah alamat dengan melempar bola ke pemerintah. Sebab isu pertama kali digulirkan saat sidang dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengingatkan semua pihak agar lebih sabar dalam menghadapi situasi politik terkini. Menurut dia, seluruh pihak harus menahan diri dan jangan mencari-cari masalah.
"Yang penting jangan selalu mencari konflik dan kalau menurut saya, masyarakat kita ini condong selalu mau menghardik teman sendiri, menghardik bangsa sendiri," ujar Prabowo seusai menghadiri perayaan HUT Gerindra di Kantor DPP, Ragunan, Senin (6/2).
Prabowo juga mengajak seluruh elemen politik untuk bersatu. Mantan Danjen Kopassus ini juga mengingatkan pihak-pihak yang sudah tak lagi berkuasa agar lebih tenang menghadapi permasalahan bangsa.
ADVERTISEMENT
"Kita ini semua satu, marilah bersama-sama. Berkuasa itu ada saatnya naik, ada saatnya turun. Jadi enggak usah terlalu dibuat tegang begitu. Maunya saya kita baik-baik semua," ujarnya.
Prabowo juga mengajak seluruh kadernya agar solid melakukan pembenahan partai. Dalam momen peringatan HUT Gerindra ke-9, Prabowo mengingatkan seluruh kader agar terus berjuang bagi kepentingan bangsa dan negara.
Perjuangan, kata dia, termasuk upaya memperbaiki sistem ekonomi yang harus kembali ke prinsip sesuai UUD 1945. Perbaikan ini dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan rakyat.
"Bacaan kita terhadap sejarah benar, koreksi kita terhadap sistem ekonomi benar. Kita yang pertama menyampaikan kita harus kembali ke UUD 1945. Ekonomi neo-liberal ini salah. Kita harus menegakkan kekayaan bangsa untuk rakyat indonesia," ujarnya.
ADVERTISEMENT