Prabowo Gabung Koalisi Jokowi Dinilai Picu Gerindra Banyak Kalah Pilkada

11 Desember 2020 15:18 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan sambutan pada acara HUT ke-12 Partai Gerindra di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta, Kamis (6/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan sambutan pada acara HUT ke-12 Partai Gerindra di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta, Kamis (6/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Partai Gerindra tampaknya menuai hasil buruk di Pilkada 2020. Hanya Gerindra yang kini belum merilis hasil resmi raihan kemenangan dalam Pilkada 2020 ini. Namun dari gambaran hasil quick count (hitung cepat), jagoan Gerindra banyak keok.
ADVERTISEMENT
Sebut saja di Pilgub Sumbar, pasangan Nasrul Abit-Indra Catri tertinggal dari jagoan PKS Mahyeldi-Audy. Pun di Tangerang Selatan, keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati, yang menjadi wakil calon wakil wali kota juga keok.
Belum lagi di Kalsel, Denny-Difriadi masih sengit dengan Sahbirin Noor-Muhidin. Di Kalsel memang Gerindra memiliki kursi kedua terbanyak di DPRD setelah Golkar dengan raihan 8 kursi.
Di Pilwalkot Surabaya, jagoan Gerindra, Machfud Arifin-Mujiaman juga kalah dari jagoan PDIP Eri Cahyadi-Armuji.
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi Prayitno berpandangan, kekalahan Gerindra di banyak daerah merupakan bagian dari dinamika elektoral di daerah. Sebab, di daerah yang menjadi basisnya, Gerindra juga takluk.
Selain itu, Adi menilai, ada juga efek dari perpindahan haluan politik Gerindra yang setelah Pilpres mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.
Presiden Jokowi (kiri) berbincang dengan Menhan Prabowo Subianto saat meninjau kapal selam PT PAL di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Foto: Dok. Agus Suparto
"Tetapi yang paling mungkin kan agak sedikit pasti sejak Gerindra berkoalisi dengan pemerintah. Itu bagi pemilih tradisional, bagi pemilih-pemilih yang baru mengidentifikasi ke Gerindra itu menjadi pukulan bagi mereka," kata Adi saat dimintai tanggapan, Jumat (11/12)
ADVERTISEMENT
Sebab, lanjut Adi, banyak pemilih yang dulu mengidolakan Gerindra dan Prabowo berubah karena kecewa.
"Gerindra dan Prabowo itu karena dianggap sebagai simbol yang bisa diharapkan menjadi penyeimbang, aktor utama yang memberikan perimbangan kepada pemerintah," beber Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) itu.
"Makanya kemudian setelah memutuskan berkoalisi terus terang itu juga kan banyak membuat simpatisan, loyalisnya itu kan menjadi ya katakanlah ilfeel. Secara tidak langsung memang publik mulai berpaling dari Gerindra mulai dari situ. Karena suka tidak suka itu kan membuat orang kaget juga," sambung dia.
Faktor lainnya, lanjut Adi, OTT KPK dalam kasus Edhy Prabowo juga turut berpengaruh dalam raihan Gerindra di Pilkada 2020. Apalagi, momentumnya, menjelang pencoblosan.
"Efek OTT itu kan juga cukup kuat, terjadi cuma ya tiga empat minggu sebelum Pilkada dimulai, efek itu juga berpengaruh," beber Adi.
ADVERTISEMENT
Contoh paling konkret, menurut Adi, kasus OTT KPK juga berpengaruh di Pilkada Tangerang Selatan. Sebab, sebelum ada OTT, survei Muhammad-Saras sempat unggul.
"Efek itu juga berpengaruh padahal kalau di Tangsel surveinya kuat dan sempat leading, sebelum ada kejadian soal OTT, tapi setelah ada OTT itu cukup berpengaruh di opinion leader di pemilih-pemilih daerah," tegas Adi.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: