Prabowo: Pilpres 2019 Saya Kalah, tapi Tidak Menyerah dan Bangkit Lagi

2 Desember 2023 17:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
Suasana titik kedua kampanye Capres 02 Prabowo Subianto di Tasik, Jawa Barat, Sabtu (2/12/2023). Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana titik kedua kampanye Capres 02 Prabowo Subianto di Tasik, Jawa Barat, Sabtu (2/12/2023). Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
ADVERTISEMENT
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto, menyebut dirinya pantang menyerah meski sudah tiga kali kalah dalam ajang pilpres yakni Pilpres 2009, 2014 dan 2019. Hal itu disampaikan Prabowo saat kampanye terbuka di Taksimalaya, Jawa Barat, Sabtu (2/12).
ADVERTISEMENT
"Saya mulai kampanye ini di Tasikmalaya sebagai rasa hormat saya. Saya juga minta maaf sejak 2019 saya tidak kembali ke sini. Satu masalahnya, pada 2019 kalian tahu saya kalah. Tapi, saya tidak menyerah. Saya jatuh tapi saya bangkit kembali saudara-saudara sekalian," kata Prabowo di lokasi.
Prabowo berkelakar dirinya kalah di 2019 karena maju dengan modal yang hemat. Namun, kata dia, ia menghadapi situasi berbeda di Pemilu 2024 karena sudah bergabung dengan Presiden Jokowi sebagai Menhan.
Suasana titik kedua kampanye Capres 02 Prabowo Subianto di Tasik, Jawa Barat, Sabtu (2/12/2023). Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
"Dan kalian tahu waktu itu paket kita paket hemat waktu itu. Sekarang Pak Jokowi telah mengajak saya bersatu. Beliau kalahkan saya tapi beliau ajak bersatu untuk rakyat Indonesia," tuturnya.
Setelah bergabung dalam pemerintahan, ia melihat kecintaan Jokowi kepada bangsa.
ADVERTISEMENT
"Setelah saya bergabung, saya melihat beliau (Jokowi) sangat mencintai rakyat Indonesia. Beliau ingin rakyat Indonesia berdiri di atas kakinya sendiri," tambah Prabowo.
Apalagi, Prabowo mengatakan Jokowi berhasil menjalankan program hilirasi.
"Beliau jalankan yg mulai lancarkan program hilirisasi yaitu tidak akan mengizinkan sumber alam kekayaan kita dijual murah ke bangsa asing. Tidak, tidak lagi. Semua bahan-bahan itu harus diolah, pabriknya harus di Indonesia," pungkas Ketum Gerindra itu.