Prabowo: Saya Sering Diejek karena Saya Membuka Kesempatan untuk Diejek

8 April 2025 15:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Indonesia Prabowo Subianto memberi isyarat setelah menyampaikan pidatonya dalam acara silaturahmi ekonomi bertema "Memperkuat Ketahanan Ekonomi Nasional" di Jakarta, Indonesia, 8 April 2025.  Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Indonesia Prabowo Subianto memberi isyarat setelah menyampaikan pidatonya dalam acara silaturahmi ekonomi bertema "Memperkuat Ketahanan Ekonomi Nasional" di Jakarta, Indonesia, 8 April 2025. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo Subianto berbicara soal ejekan yang kerap dialamatkan pada dirinya. Hal itu ia sampaikan saat membuka sarasehan dengan para ekonom, di Menara Mandiri, jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (8/4).
ADVERTISEMENT
“Saya kira saya percaya, saya berpendapat sebenernya rakyat pun akan menilai dengan hasil. Ya saya memang sering diejek karena saya membuka kesempatan untuk diejek ya kan,” kata Prabowo.
Prabowo mengaku, telah tancap gas begitu ditetapkan sebagai presiden. Ia juga segera membentuk tim sejak awal, bahkan setelah penetapan KPU.
“Saya gak suka hanya omon-omon, terus terang aja. Jadi saya pikir begitu saya ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU, saya kumpulkan tim kecil dan kita mulai bekerja,” paparnya.
Tapi, semua kerja-kerja itu butuh waktu. Apa yang ia susun, tak bisa langsung seketika terjadi.
“Dalam manajemen suatu organisasi dalam menjalankan suatu proyek tidak bisa seketika yang bisa seketika itu hanya Nabi Musa yang punya tongkat. Kita manusia tidak bisa langsung seketika,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, eks Menhan ini juga mengatakan bahwa pemerintahannya tidak antikritik. Ia menerima semua kritik, asal rasional.
“Jadi kritik itu bagus menurut saya, tapi kalau suatu program untuk menciptakan suatu kondisi yang tidak rasional ini harus terus diadakan istilahnya klarifikasi dan penjelasan,” ujarnya.
Prabowo menilai kritik-kritik yang tidak rasional justru mendorong kebohongan. Ia mengutip soal ilmu propaganda dari Menteri Propaganda Nazi Jerman, Joseph Goebbels, bahwa kebohongan yang dilakukan berkali-kali mendorong masyarakat percaya akan kebohongan tersebut.
“Kalau kebohongan diulangi berkali-kali dan terus menerus lama-lama orang percaya dengan kebohongan itu ada di buku the art of propaganda,” tuturnya.