Prabowo soal Sering ke Luar Negeri: Saya Juga Kadang Bingung Bangun di Mana
![Menhan Prabowo Subianto berdialog dengan mahasiswa LPDP, Jumat (24/6/2022). Foto: Kemhan RI](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01g6cer8j4wm4j5rwvz017bdjq.jpg)
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjawab pertanyaan soal dirinya yang sering melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Ia menegaskan bahwa hal itu merupakan bagian dari menjalankan amanah jabatan yang diembannya selaku menteri.
ADVERTISEMENT
Prabowo mengatakan bahwa kesibukannya selaku Menhan patut disyukuri. Sebab, kesibukan itu berarti bahwa dirinya masih mampu bekerja.
Hal ini disampaikannya di depan 366 mahasiswa yang akan melanjutkan studi S2 dan S3 ke universitas di luar dan dalam negeri melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Jumat (24/6).
“Saya selalu katakan kita ini digaji, diberi jabatan, pangkat, kehormatan dan penghormatan, ya untuk bekerja untuk rakyat. Jadi kalau ada pejabat yang terlalu santai, itu enggak benar. Saya kira saya lihat rekan-rekan saya semua kerja keras. Kita hidup dengan kopi,” kata Prabowo.
Salah satu peserta kemudian bertanya soal kesibukan Prabowo yang dinilai sering bepergian ke luar negeri. Prabowo pun berterima kasih kepada sang mahasiswa yang memperhatikan aktivitasnya.
“Terima kasih kalau kalian perhatikan. Saya kadang-kadang juga bingung saya bangun di mana. Saya beberapa hari lalu di Kamboja, kemarin di Malang, tadi malam sudah di Jakarta lagi,” kata Prabowo.
Dalam sebulan terakhir, Prabowo tercatat setidaknya dua kali berada di luar Negeri. Yakni menghadiri forum IISS Shangri-La Dialogue 2022 di Singapura serta Satuan Komando Pasukan Khusus (Special Forces Command/Kopassus) Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja.
ADVERTISEMENT
“Tapi itulah saya katakan kalau saya sibuk saya berterima kasih berarti saya masih bisa bekerja untuk rakyat dan bangsa Indonesia,” sambungnya.
Joe Biden (81) dan Donald Trump (78) kembali berhadapan dalam debat perdana calon presiden Amerika Serikat. Keduanya merupakan kandidat tertua dalam sejarah Pemilu AS. Isu ekonomi hingga Konflik Gaza diprediksi mencuat dalam debat perdana.