Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Prabowo Terancam Batal Nyapres, Ditinggalkan Koalisi PAN-PKS
6 Juli 2018 7:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Jelang pendaftaran capres-cawapres, Nama Gubernur DKI Anies Baswedan makin kerap disebut-sebut sejumlah parpol. Popularitas dan elektabilitasnya yang kian meningkat, mampu menarik perhatian parpol-parpol untuk mengusungnya di Pilpres 2019 .
ADVERTISEMENT
PKS dan PAN, adalah dua partai terdekat Gerindra yang mempertimbangkan Anies untuk maju sebagai capres di laga pilpres mendatang. Meski kedua partai itu telah mengantongi sejumlah nama yang akan dijadikan capres dan cawapres kelak, toh, nama Anies tak pernah luput dari perhatian keduanya.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera misalnya. Ia tak memungkiri Anies bisa menjadi capres yang potensial. Meskipun, hingga saat ini, nama Anies belum dibahas di Majelis Syuro.
“Mas Anies salah satu kandidat capres yang punya masa depan cerah. Wajar jika banyak pihak yang menginginkannya maju nyapres. PKS dekat hubungannya dengan Mas Anies,” katanya melalui pesan singkat, Rabu (4/7).
Jawaban serupa juga dilontarkan Ketua DPP PAN Yandri Susanto. Yandri bahkan menyebut, PAN telah menyiapkan 3 skenario capres-cawapres alternatif, yang kesemuanya mencantumkan nama Anies.
ADVERTISEMENT
"Bisa Prabowo-Anies, Prabowo-Bang Zul , Anies-Gatot, Gatot-Anies. Tinggal nanti pembicaraan di tingkat koalisi bagaimana itu," kata Yandri di Kantor DPP PAN, Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Kamis (5/7).
Pengamat Politik UIN Jakarta Adi Prayitno menjelaskan, sebenarnya, nama Anies yang kerap disebut dua parpol itu menjadi sinyal bahwa PKS dan PAN enggan mencalonkan Ketum Gerindra Prabowo Subianto menjadi capres.
Menurut Adi, meski Gerindra yakin Prabowo satu-satunya calon yang akan diusung, namun hal itu belum mendapat kepastian dari PKS dan PAN.
"PKS mensyaratkan kalau maju Anies cawapres. Tapi PKS juga minta Pak Prabowo jadi king maker aja," ucap Adi, saat dihubungi kumparan, Kamis (5/7).
Adi mengatakan, sejauh ini, meski Gerindra dekat dan mensyaratkan akan berkoalisi dengan PAN dan PKS, ketiga parpol itu belum secara resmi sepakat untuk mengusung Prabowo.
"Gerindra harga mati dukung Prabowo. Tapi teman koalisinya belum setuju. PKS tidak mau kehilangan muka, dia endorse Anies," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Adi mengatakan, bukan tidak mungkin, kelak PKS dan PAN akan 'meninggalkan' Prabowo dan mengusung Anies sebagai capresnya. Bahkan, jika kedua partai itu serius mengusung Anies, hal itu justru bisa menjadi ancaman bagi Prabowo sendiri.
"Kalau PKS dan PAN serius, ini warning bagi Prabowo. Karena kan bukan hanya publilk, tapi PKS dan PAN sebagai partai yang punya kursi. Duet Anies-AHY bisa jadi ancaman Prabowo juga. Dan dia bisa gagal maju. Gerindra butuh satu parpol lagi, jadi tidak bisa disepelekan," tuturnya.
Adi mengatakan, karena syarat ambang batas pencalonan yakni 20 persen kursi di DPR--atau dikenal dengan Presidential Threshold 20%--maka Gerindra tak bisa maju mengusung Prabowo sendiri. Setidaknya, ia mesti berkoalisi dengan PAN dan PKS.
ADVERTISEMENT
Mau tak mau, Prabowo dan Gerindra tak punya pilihan. Partai berlambang burung garuda itu mesti legawa mengusung Anies sebagai capres.
"Kemungkinan Gerindra mengalah karena PT 20 persen. Enggak erlu berkecil hati, karena Anies bisa diidntifikasi sebagai orangnya Gerindra. Prabowo akan dikenal jadi king maker. Enggak akan ditinggalkan pemilih," ucapnya.