Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Capres Prabowo Subianto menyinggung masalah impor garam yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo di depan para anggota Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni dan Aktivis Kampus Indonesia (GERAAAK). Ia mengaku kebijakan itu seharusnya tidak perlu dilakukan karena sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut.
ADVERTISEMENT
"Elite kita sekarang dengan tenang, dengan berani, mengizinkan impor garam. Negara yang 3/4 air laut, yang baru kita nyanyi tadi, Indonesia tanah airku, tapi impor garam. Mengorbankan petani-petani garam kita," kata Prabowo di Balai Kartini, Jaksel, Jumat (5/4).
Ia mengaku heran jika kondisi perekonomian di era Jokowi dianggap baik. Sebab, selain impor garam, Prabowo menyebut, di era Jokowi juga melakukan impor gula.
"Pada saat petani tebu panen, impor gula rafinasi (kristal putih) dari luar. Satu per satu saya tidak akan ulangi, petani dikorbankan, produsen-produsen, nelayan kita, dikorbankan," paparnya.
Namun, Prabowo menyebut, saat ia mencoba membeberkan soal kebocoran uang negara, ia justru diejek. Meski diejek, menurutnya, tidak ada bantahan atau sanggahan yang diberikan kepadanya.
ADVERTISEMENT
"Bukan dibantah, bukan disanggah. Diejek, dihina, memang ada sebagian elite kerjanya menghina dan mengejek. Saya bersyukur, alhamdulillah, dua hari lalu kalau tidak salah, salah satu pimpinan KPK mengatakan bahwa sebenarnya kebocoran yang dihitung KPK Rp 2.000 triliun," sebutnya.
Sebelumnya, pemerintah menetapkan kuota impor garam di tahun 2019 menjadi 2,7 juta ton. Alokasi impor garam ini turun dari tahun 2018 yang sebesar 3,7 juta ton.