Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
22 Ramadhan 1446 HSabtu, 22 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Pram Beri Solusi Masalah Bau di RDF Rorotan: Pasang Deodorizer-Filter Udara
20 Maret 2025 12:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meninjau lokasi Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan, Jakarta Utara, pada Kamis (20/3), usai menerima keluhan terkait aroma tak sedap dari warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Warga mengeluhkan aroma tak sedap yang dihasilkan RDF, hingga menimbulkan masalah pernapasan pada anak-anak mereka.
Pramono mengatakan, fasilitas di RDF Rorotan sebenarnya lebih baik dibandingkan RDF Bantargebang. Tapi, sampah yang dipakai saat proses komisioning bukan sampah baru tapi sudah lebih dari satu bulan. Inilah yang memicu timbulnya bau tak sedap yang berdampak pada kesehatan.
Komisioning adalah kegiatan pengujian untuk memastikan bahwa struktur, sistem, atau komponen telah terpasang dengan benar atau sesuai dengan kriteria desain.
“Saya membayangkan kurang lebih seperti yang kemarin ada di Bantargebang. Ternyata totally different. Fasilitasnya itu, kalau fasilitas ya, sebenarnya bagus banget ini yang namanya Rorotan RDF ini,” kata Pramono usai meninjau RDF Rorotan.
“Tadi sekaligus saya juga menemui warga kurang lebih 10 orang. Setelah kami melihat persoalan yang ada, maka ketika komisioning dilakukan sampah yang digunakan itu sampah yang sudah lama. Sehingga dengan demikian itulah yang menjadi sumber persoalan yang paling mendasar,” tambah dia.
ADVERTISEMENT
Pramono menjelaskan, secara teknis sampah yang seharusnya digunakan dalam proses komisioning adalah yang baru dibuang dan paling lama tiga hari guna mengurangi timbulnya bakteri dan aroma busuk.
“Padahal harusnya secara teknis sampah yang digunakan itu harusnya sampah tiga hari paling lama sehingga sampah fresh. Ini sampahnya sudah ada yang lebih dari sebulan dan sebagainya. Sehingga inilah yang kemudian menimbulkan bakteri, bau, cerobong asap hitam, dan sebagainya,” ujar Pramono.
Solusi dari Pemprov DKI Jakarta
Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, Pramono akan memasang deodorizer guna menghilangkan bau, kemudian menambah filter udara.
Dia juga akan menyiapkan alat pemantau kesehatan udara di rumah-rumah warga yang berjarak 4-5 km dari lokasi RDF guna memantau kualitas udara.
ADVERTISEMENT
“Yang pertama adalah dipasang beberapa deodorizer. Tujuannya untuk menghilangkan bau. Yang kedua, filternya itu juga harus ditambah. Memang akan ada cost dan nanti akan kita putuskan. Saya minta Kepala Dinas untuk dilaporkan dalam rapat dan nanti saya akan putuskan untuk koreksi terhadap itu,” jelasnya.
Termasuk mengetahui penyebab infeksi pernapasan yang dialami warga dan anak-anak di sekitar berasal dari RDF atau asap kendaraan.
“Dan tadi dengan warga, kami sepakat bahwa di sekitar 4-5 kilo dari tempat ini dipasang pemantau kesehatan udara. Kualitasnya. Tentunya kita bisa membandingkan kualitas udara yang karena dampak dari RDF ini atau kualitas udara yang memang karena asap mobil, motor, dan sebagainya,” sambungnya.
Selain itu, Pramono juga berjanji akan bertanggung jawab sepenuhnya kepada warga dan anak-anak yang mengalami infeksi akibat dampak dari RDF Rorotan.
ADVERTISEMENT
“Dan yang terakhir yang sudah saya putuskan, siapa pun baik itu anak umur berapa pun, termasuk dewasa dan sebagainya, yang sekarang ini terdampak karena kemarin, kesalahan kami dan saya sudah minta maaf untuk itu, maka pemerintah Jakarta bertanggung jawab untuk kesehatannya,” pungkasnya.
RDF Rorotan didirikan pada Mei 2024 di lahan seluas 7,78 hektare. Untuk membangun RDF ini, Pemprov DKI menggelontorkan dana lebih dari Rp 1,28 triliun. RDF Rorotan ini dapat mengolah 2.500 ton sampah per harinya.