Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
1 Ramadhan 1446 HSabtu, 01 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Tak semua menteri sukses Jokowi berasal dari profesional. Pramono Anung, misalnya. Meski merupakan mesin partai yang cukup loyal di PDIP, kariernya sebagai Menteri Sekretaris Kabinet cukup baik sehingga dipertahankan di periode kedua.
ADVERTISEMENT
Pram mulai kuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB saat berusia 19 tahun. Begitu lulus, ia langsung meniti karier dari bawah di beberapa perusahaan pertambangan dan perminyakan. Hasilnya, pada saat usianya genap 25, Pram sukses menjadi direktur di PT Tanito Harum.
Sukses dengan karier bisnisnya, satu tahun berselang, pada tahun 1989, Pram mulai melirik dunia politik. Ia pun bergabung menjadi anggota PDIP dan ikut aktif menjadi panitia dalam berbagai acara partai.
Sebelas tahun menjadi kader, Pram akhirnya menduduki jabatan yang tinggi di PDIP. Ia ditunjuk menjadi Sekjen PDIP dan bertugas mengendalikan organisasi partai hingga ke akar rumput.
Pram juga kenyang makan asam garam di DPR. Sejak periode 1999-2004, Pram selama empat kali berturut-turut tidak pernah turun dari jabatannya di DPR.
ADVERTISEMENT
Namun, pada periode kedua di 2004-2009, Pram tidak bisa menuntaskan jabatannya. Pasalnya, ia lebih memilih mengabdi menjadi Sekjen PDIP ketimbang menjadi wakil rakyat.
Begitu pula pada periode 2014-2019, Pram saat itu justru ditunjuk menjadi Sekretaris Kabinet oleh Presiden Joko Widodo, menggantikan Andi Widjajanto, tepatnya pada tahun 2016.
Selama menjabat sebagai Menteri Sekretaris Kabinet, Pram bisa dibilang adem ayem. Ia hampir tidak pernah diterpa kontroversi apapun.
Selain mengurus masalah administrasi kabinet, Pram juga seringkali menjadi jembatan Jokowi untuk urusan politik. Baik yang terkait parpol di koalisi Jokowi maupun yang berada di seberang koalisi.
Misalnya, di masa rekonsiliasi pascapilpres, Pramono menjadi salah satu jembatan antara Jokowi dan Prabowo. Ia pun berperan merancang pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pram tentunya terlibat dalam proses lobi-lobi sehingga akhirnya Gerindra bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma'ruf.
ADVERTISEMENT
Di masa kampanye Pilpres 2019, Pram terlihat hampir selalu mendampingi Jokowi. Masuk dalam struktur TKN Jokowi-Ma'ruf, Pram terlibat dalam penyusunan strategi kampanye untuk pemenangan. Pram hampir selalu ikut Jokowi turun berkampanye ke seluruh pelosok Indonesia. Sama seringnya ketika Pram mendampingi Jokowi dalam kunjungan kerja.
Melihat peran Pram yang efektif menjadi jembatan politik, tak heran Jokowi mempertahankannya di periode kedua.