Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
23 Ramadhan 1446 HMinggu, 23 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Pramono: Jakarta Hasilkan Sampah 8 Ribu Ton per Hari, Mudah-mudahan Bisa Turun
19 Maret 2025 12:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Sampah masih menjadi masalah serius di Jakarta. Dalam sehari, Jakarta dapat menghasilkan kurang lebih 8.000 ton sampah. Sementara tempat pengolahan sampah yang tersedia, seperti RDF di Bantar Gerbang dan Rorotan, hanya mampu mengurangi sampah di Jakarta sampai dengan 2.000-3.000 ton sampah per hari.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari website Dinas Lingkungan Hidup, RDF merupakan pengolahan sampah menjadi bahan bakar setelah dilakukan pencacahan dan pengeringan. Tujuannya untuk mengurangi kebutuhan lahan Tempat Pemrosesan Akhir (TKA) serta menghasilkan bahan alternatif pengganti batu bara.
“Jakarta sekarang ini tiap hari rata-rata kurang lebih [menghasilkan] 8 ribu [ton] sampahnya, dan dengan proses yang ada, ada RDF di Bantar Gerbang maupun Rorotan, mudah-mudahan bisa turun nanti sampai dengan 5 ribu [ton sampah] dengan 6 ribu [ton sampah],” tutur Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (19/3).
Pramono mengatakan, akan melakukan penyesuaian apabila ada perubahan tarif tipping fee yang sebelumnya seharga 13,5 sen USD per KWH guna menyelesaikan persoalan sampah di Jakarta. Meskipun begitu, dia belum menjelaskan secara mendetail terkait penyesuaian tersebut.
ADVERTISEMENT
“Dan kalau kemudian harganya [tipping fee] ada penyesuaian nanti diatur secara bersama-sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, saya yakin ini menjadi jalan keluar yang sangat baik bagi persoalan sampah,” ujar Pramono.
Pramono berharap, Instruksi Presiden (Inpres) mengenai pengolahan sampah dapat segera diputuskan serta tidak ada lagi perubahan terkait tipping fee sehingga investor akan mudah membangun RDF.
“Dan kami sangat menunggu kalau segera bisa diputuskan [Inpresnya] supaya kita tidak lagi katakanlah hanya membangun RDF. Karena sekarang ini Jakarta sudah punya dua RDF, kalau tanpa ada perubahan tipping fee tadi, pasti orang akan dengan gampang membangun RDF karena aman. Yang membeli ada yaitu Indocement. Sangat mudah dan ada revenuenya,” papar Pramono.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menambahkan, saat ini tipping fee dibayarkan oleh pemerintah pusat lewat APBN dan Pemerintah Daerah (Pemda) sehingga jika digabungkan tarifnya jauh lebih mahal. Ada yang 22 sen USD per KWH dan 28 sen USD per KWH.
Nantinya, dengan ada Inpres yang baru, birokrasi tipping fee akan lebih mudah hanya melalui pemerintah pusat, sehingga tarif tipping fee dapat berkurang.
“Tarif itu ada yang APBN, ada yang pemerintah daerah. Pemerintah daerah itu disebut tipping fee itu lho. Kalau di jumlah sebetulnya Pak Gubernur, jauh lebih mahal. Kalau di jumlah ya 13,5 sen [USD per KWH] dari tipping fee itu. Jatuh ada yang 22 [sen USD per KWH], ada yang 28 [sen USD per KWH],” kata Zulhas di lokasi yang sama.
ADVERTISEMENT
“Tapi kalau di jadi satu [Inpres-nya], dia bisa antara 18 sampai 20 [sen USD per KWH], lebih simpel lebih mudah," pungkasnya.