Prancis Minta Warga Laporkan Efek Samping Vaksin COVID-19 pada Siklus Menstruasi

20 Juli 2022 17:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi siklus menstruasi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi siklus menstruasi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Prancis mendesak warga yang menduga siklus mereka terpengaruh oleh vaksin COVID-19, untuk segera melaporkan perubahan tersebut.
ADVERTISEMENT
Prancis sedang menyelidiki kemungkinan efek samping itu dari vaksin Pfizer dan Moderna. Negara tersebut telah memberikan vaksin-vaksin itu kepada 70 juta warganya.
Otoritas kesehatan negara itu mengatakan, 11.000 warga kemudian melaporkan perubahan pada siklus mereka. Badan Keamanan Obat Nasional (ANSM) lantas merilis seruan kepada mereka.
Pihaknya meminta warga agar membuat laporan melalui formulir yang tersedia di situs resmi Kementerian Kesehatan Prancis.
"Berikan informasi sedetail mungkin dalam formulir deklarasi," tulis ANSM, dikutip dari AFP, Rabu (20/7/2022).
Sebagian besar perubahan itu menunjukkan gejala ringan, seperti siklus yang tidak menentu. Sejumlah warga turut mendapati pendarahan yang lebih berat atau lebih lemah dari biasanya.
Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech. Foto: Peter Cziborra/REUTERS
Perubahan tersebut merupakan efek jangka pendek yang muncul setelah menerima vaksin. Namun, hubungan pasti antara keduanya belum dapat dikonfirmasi.
ADVERTISEMENT
Jurnal Science Advances menerbitkan penelitian terkait pada pekan lalu. Studi itu mencatat, 42 persen responden mengalami pendarahan yang lebih berat setelah vaksinasi.
Penelitian itu menambahkan, sejumlah pria transgender yang menerima suntikan hormon dan wanita pascamenopause turut melaporkan pendarahan yang tak terduga.
Peneliti di University of Illinois dan Washington University School of Medicine melibatkan 39.000 orang untuk survei itu pada April 2021.
Penelitian lain oleh Oregon Health & Science University melibatkan 4.000 orang pada Januari 2022. Pihaknya menemukan, rata-rata wanita yang divaksinasi mengalami keterlambatan menstruasi hampir satu hari dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi.
Peneliti utama studi itu mengatakan, sedikit peningkatan dalam durasi menstruasi tidak dinilai signifikan secara klinis.