Presenter TV Mesir Dikecam Kaitkan Tewasnya Naiyera Ashraf karena Tak Berhijab

24 Juni 2022 13:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Naiyera Ashraf, wanita Mesir yang digorok di depan pintu masuk universitasnya di Mesir oleh temannya setelah dia menolak lamaran pernikahannya pada 20 Juni 2022. Foto: Twitter
zoom-in-whitePerbesar
Naiyera Ashraf, wanita Mesir yang digorok di depan pintu masuk universitasnya di Mesir oleh temannya setelah dia menolak lamaran pernikahannya pada 20 Juni 2022. Foto: Twitter
ADVERTISEMENT
Presenter televisi Mesir, Mabrouk Attia, membuat komentar kontroversial terkait pembunuhan mahasiswi Mesir, Naiyera Ashraf, pada Senin (20/6/2022).
ADVERTISEMENT
Naiyera Ashraf dibunuh oleh teman sekelasnya di luar gerbang Universitas Mansoura. Pelaku, Mohamed Adel, mengaku melakukan tindakan keji itu lantaran Ashraf menolak lamaran pernikahannya.
Namun, Mabrouk justru menyalahkan Naiyera atas kejadian yang menimpanya. Presenter yang juga penceramah itu membuat seruan dalam sebuah rekaman yang diunggah ke media sosial.
Dia mengatakan, perempuan semestinya menutupi aurat mereka bila tidak ingin menemui nasib serupa.
"Lanjutkan. Biarkan rambut Anda tergerai dan kenakan pakaian ketat. [Para pria] akan memburumu dan membunuhmu. Lanjutkan–kebebasan pribadi,” ujar Mabrouk, dikutip dari Arab News, Jumat (24/6/2022).
"Seorang wanita harus berjilbab, untuk hidup. Dia harus mengenakan pakaian yang longgar agar tidak memprovokasi. Anda hidup di antara monster. Jika hidup Anda berharga bagi Anda, maka tinggalkan rumah Anda dengan berpakaian seperti karung goni," tambah pria berusia 63 tahun itu.
Ilustrasi kekerasan seksual. Foto: Shutter Stock
Pendukung hak-hak perempuan mengutuk pernyataan Mabrouk Attia. Dewan Nasional untuk Perempuan di Mesir (NCW) kemudian mengambil tindakan hukum terhadapnya.
ADVERTISEMENT
NCW mengajukan pengaduan resmi kepada jaksa agung. Pihaknya menuduh Attia telah menghasut ujaran kebencian dan kekerasan terhadap perempuan.
Presiden NCW, Maya Morsy, mengungkapkan keterkejutan atas unggahan Attia. Maya menegaskan, seorang penceramah tidak sewajarna mengeluarkan pernyataan demikian.
Bagi para aktivis, pernyataan tersebut menyingkap kekerasan yang telah terselubung dalam Mesir. Sosiolog politik terkemuka Mesir, Said Sadek, menggarisbawahi budaya penindasan atas nama agama yang marak di negara tersebut.
"Insiden mengerikan itu menyoroti kengerian wacana keagamaan para ekstremis dan obsesi maskulin untuk menutupi aurat wanita,” ujar Sadek, dikutip dari The New Arab.
Kompleks Universitas dan Masjid Al Azhar Mesir Foto: Flickr
Menanggapi kritik, Mabrouk Attia merilis rekaman lain. Dia menyatakan akan menangguhkan akun media sosialnya. Mabrouk mengatakan, dia bahkan mungkin tak akan muncul lagi di hadapan umum.
ADVERTISEMENT
Mabrouk merupakan mantan dekan Fakultas Studi Islam di Universitas Al-Azhar, Kairo. Institusi itu lantas turut menindaklanjuti pernyataan Mabrouk
Namun, para aktivis menganggap respons tersebut tidak mencukupi. Mereka menyinggung urgensi dalam perubahan undang-undang dan pengecualian individu ekstremis dari berbagai platform.
"Sekarang apa? Akankah saluran TV berhenti menampung pengkhotbah Islam ekstremis yang berbicara tentang perempuan untuk sementara waktu sampai fatwa yang merugikan perempuan dihapuskan?" tanya Sadek.