Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Presiden Baru Taiwan, Lai Ching-te, Janji Jaga Demokrasi dari Ancaman China
20 Mei 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, dilantik pada Senin (20/5). Lai berjanji akan membela demokrasi pulau tersebut dan meminta China mengakhiri intimidasi militernya terhadap Taiwan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, Beijing pernah menyebut Lai sebagai separatis berbahaya. China kembali berkomentar beberapa jam usai pelantikan Lai dan menyebut kemerdekaan Taiwan hanyalah jalan buntu.
Dalam pidato pelantikannya, Lai menyinggung ancaman perang setelah bertahun-tahun meningkatnya tekanan dari China.
“Era kejayaan demokrasi Taiwan telah tiba, terima kasih kepada masyarakat karena menolak terpengaruh oleh kekuatan eksternal, dengan tegas membela demokrasi,” tutur Lai dalam pidato pelantikannya, seperti dikutip dari AFP.
“Menghadapi banyaknya ancaman dan upaya infiltrasi dari China, kita harus menunjukkan tekad untuk membela negara kita, meningkatkan kesadaran pertahanan, dan memperkuat kerangka hukum untuk keamanan nasional,” lanjut Lai.
Ia juga mengatakan, pemerintahannya tidak akan menyerah atau memprovokasi, dan akan mempertahankan status quo–suatu keseimbangan yang menjaga kedaulatan Taiwan tanpa mendeklarasikan kemerdekaan formal.
ADVERTISEMENT
“Saya juga ingin menyerukan kepada China untuk menghentikan intimidasi politik dan militer mereka terhadap Taiwan,” kata Lai.
Dia mendesak Beijing agar berbagi dalam tanggung jawab global untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan memastikan dunia bebas dari ketakutan akan perang.
Lai telah berulang kali mengajukan tawaran untuk berkomunikasi dengan China. Namun, hal itu terputus oleh Beijing pada 2016 ketika pendahulunya, Tsai Ing-wen, mengambil alih kekuasaan.
Dalam pelatinkannya, Lai berharap China akan memilih dialog daripada konfrontasi. Ia kemudian menyerukan Beijing untuk memulai kembali pariwisata dan mengizinkan pelajar China untuk belajar di Taiwan.
Terkait pelantikan Lai, jubir Kemlu China Wang
Beberapa jam setelah pidatonya, Kementerian Luar Negeri Beijing kembali memperingatkan kemerdekaan Taiwan tidak akan terwujud.
ADVERTISEMENT
"Tidak peduli dengan kedok atau bendera apa pun, upaya untuk mencapai kemerdekaan dan pemisahan diri Taiwan pasti akan gagal," kata juru bicara Tiongkok, Wang Wenbin.
Kemerdekaan Taiwan dan Dukungan AS
Taiwan telah memiliki pemerintahannya sendiri sejak 1949. Saat itu kaum nasionalis melarikan diri ke Taiwan, menyusul kekalahan mereka dari pasukan komunis dalam perang saudara di daratan China.
Selama lebih dari 70 tahun, China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah lama mengancam akan menggunakan kekuatan untuk membawa pulau itu kembali di bawah kendalinya.
Usai pelantikan, media pemerintah China melaporkan bahwa Beijing menjatuhkan sanksi terhadap tiga perusahaan pertahanan AS atas penjualan senjata mereka ke Taipei. Sementara itu, platform media sosial Weibo memblokir tagar yang merujuk pada pelantikan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pesawat tempur dan kapal angkatan laut China mondar-mandir hampir setiap hari di sekitar pulau tersebut.
Lai dan Wakil Presiden Hsiao Bi-khim merupakan bagian dari Partai Progresif Demokratik (DPP). Keduanya terkenal getol memperjuangkan kedaulatan Taiwan. China menjuluki mereka sebagai "duo kemerdekaan”.
Dengan hanya 12 sekutu resmi, Taipei tidak memiliki pengakuan diplomatik di panggung dunia. Delapan kepala negara yang mengakui Taiwan hadir dalam upacara pelantikan Lai. Lebih dari 40 negara lainnya, termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan Kanada, juga mengirimkan delegasi.
Amerika Serikat mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke China pada 1979 namun tetap menjadi mitra terpenting dan pemasok senjata terbesar bagi Taiwan.
Lai diperkirakan akan lebih meningkatkan hubungan pertahanan dengan Washington selama masa jabatan empat tahunnya.
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengucapkan selamat atas pelatikan Lai. Ia ingin memperdalam hubungan Washington dan Taipei dan menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
“Kami juga mengucapkan selamat kepada rakyat Taiwan karena sekali lagi menunjukkan kekuatan sistem demokrasi mereka yang kuat dan tangguh,” kata Blinken.
Taiwan memiliki pemerintahan, militer, dan mata uangnya sendiri. Mayoritas dari 23 juta penduduknya memandang diri mereka memiliki identitas Taiwan yang berbeda, terpisah dari China.
“Saya pikir lebih baik tidak terlalu dekat dengan China atau terlalu jauh dari China – lebih baik menjaga perasaan netral,” kata seorang warga Taiwan yang sedang menjalani wajib militer, seperti dikutip dari AFP.
Di dalam negeri, Lai menghadapi tantangan lain setelah DPP yang dipimpinnya kehilangan mayoritas di badan legislatif pada pemilu Januari 2024. Akan sulit baginya untuk memaksakan berbagai kebijakan.
ADVERTISEMENT
Banyak warga Taiwan yang tidak begitu khawatir terhadap ancaman konflik. Mereka lebih takut dengan melonjaknya harga rumah, meningkatnya biaya hidup, dan stagnasi upah.
Lai pada hari Senin berjanji untuk memperluas investasi di masyarakat dan memastikan pulau itu menjadi kekuatan untuk kemakmuran global.