Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Presiden Erdogan: Belanda Bertingkah Seperti ‘Republik Pisang’
13 Maret 2017 4:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
![Recep Tayyip Erdogan (Foto: Yasin Bulbul/Presidential Press Service, Pool Photo via AP)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1488610172/deausra2mww9sbcj7mzw.jpg)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Belanda bertingkah seperti “republik pisang” dan akan menghadapi sanksi atas pelarangan terhadap menteri Turki yang ingin berbicara di Rotterdam. Pernyataan tersebut Erdogan sampaikan pada Minggu (12/3) waktu setempat sebagaimana yang kumparan (www.kumparan.com) kutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Pemerintah Belanda melarang Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu terbang ke Rotterdam pada Sabtu (11/3).
Tak sampai di situ, Pemerintah Belanda pun menghentikan Menteri Urusan Keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya yang hendak memasuki Kantor Konsulat Turki di Rotterdam. Fatma Betul Sayan Kaya dijadwalkan untuk mengunjungi Belanda dari Jerman dengan perjalanan darat, setelah adanya keputusan pemerintah Belanda membatalkan pendaratan pesawat Mevlut Covusoglu di Belanda.
Suasana semakin memanas setelah Kepolisian Belanda membubarkan secara paksa kerumunan warga Turki di lokasi pemberhentian iring-iringan mobil Fatma Betul Sayan Kaya, di Rotterdam, Belanda, pada Minggu (12/3). Kepolisian Belanda menggunakan anjing-anjing dan water cannon untuk membubarkan ratusan demonstran yang melakukan protes di luar Gedung Konsulat Turki di Rotterdam.
ADVERTISEMENT
Menurut saksi mata Reuters, beberapa demonstran melempari polisi dengan botol dan batu, dan polisi Belanda memukuli beberapa demonstran dengan pentungan.
"Saya menyerukan kepada seluruh organisasi internasional di Eropa dan tempat lainnya untuk menjatuhkan sanksi terhadap Belanda," kata Erdogan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Turki Binali Yıldırım mengatakan Turki akan membalas dengan "cara paling keras" atas perlakuan Belanda tanpa menyebutkan bagaimana caranya.
![Recep Tayyip Erdogan (Foto: Yasin Bulbul/Presidential Press Service, Pool Photo via AP)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1488609710/qgjlmwatmcp2bwnozrq5.jpg)
"Sudahkah Eropa mengatakan sesuatu? Tidak. Kenapa? Karena mereka tidak saling menggigit satu sama lain. Belanda bertingkah seperti republik pisang," kata Erdogan dalam pidato di Provinsi Kocaeli, dekat Istanbul. Sehari sebelumnya, Erdogan meyebut Belanda sebagai “sisa-sisa peninggalan Nazi”.
Republik pisang adalah istilah ilmu politik untuk menyebut negara yang politiknya tidak stabil dan ekonominya sangat bergantung pada ekspor sumber daya terbatas, misalnya pisang. Negara seperti ini biasanya memiliki kelas sosial bertingkat yang meliputi kelas pekerja miskin yang besar dan plutokrasi elit bisnis, politik, dan militer yang berkuasa. Oligarki politik-ekonomi ini mengendalikan produksi primer agar bisa mengeksploitasi ekonomi negara tersebut
ADVERTISEMENT
Ketegangan antara Turki dan Belanda terjadi beberapa jam setelah Mevlut Cavusoglu dilarang terbang ke Rotterdam untuk menggalang dukungan dalam sebuah kampanye yang digelar di kota pelabuhan tersebut.
Mevlut Cavusoglu hendak menggalang dukungan dari warga Turki yang tinggal di sana dalam melakukan referendum pada April mendatang. Rerefendum yang mengagendakan perubahan konstitusi di Turki bertujuan untuk memperkuat kekuasaan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Akan tetapi, Wali Kota Rotterdam Ahmed Aboutaleb telah mengatakan sejak Rabu lalu bahwa acara pengumpulan massa di kotanya telah dibatalkan setelah pemilik lahan tempat berkumpul massa menyebut lokasi itu tak bisa digunakan.
Sebelum persoalan ini muncul, Turki sudah lebih dulu menyebut ada negara-negara Eropa yang ikut campur dalam proses referendum tersebut.
ADVERTISEMENT