Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal, Tangis Pecah di Teheran

21 Mei 2024 12:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria membaca surat kabar dengan laporan halaman depan tentang jatuhnya helikopter presiden Iran di luar kios di Teheran, Iran, Senin (20/5/2024). Foto: Atta Kenare/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria membaca surat kabar dengan laporan halaman depan tentang jatuhnya helikopter presiden Iran di luar kios di Teheran, Iran, Senin (20/5/2024). Foto: Atta Kenare/AFP
ADVERTISEMENT
Pemimpin tertinggi Iran mengumumkan masa berkabung selama lima hari usai kecelakaan heli yang menewaskan presiden dan pejabat tinggi negaranya.
ADVERTISEMENT
Reaksi warga di ibu kota Teheran beragam saat merespons kabar kematian Raisi. Ada yang menangis, tapi terdapat pula kelompok yang memasang kembang api dan sorak-sorai.
Dikutip dari Guardian, sejumlah aktivis di Iran menyatakan tak ada keinginan untuk berduka atas kematian Raisi. Mereka menganggapnya bertanggung jawab atas banyak kematian selama empat dekade karier politiknya.
Pada masa jabatan Raisi, protes besar terjadi setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi.
Selama protes "Perempuan, Kehidupan, Kebebasan", lebih dari 19 ribu orang dipenjara dan setidaknya 500 orang terbunuh, termasuk 60 anak-anak.
Polisi terus menangkap perempuan dengan kekerasan karena menolak aturan hijab.
Beberapa jam sebelum kematian Raisi dikonfirmasi oleh media pemerintah, video perayaan dengan kembang api beredar di Telegram, termasuk dari kampung halaman Amini di Saqqez.
ADVERTISEMENT
“Jiwa Raisi tidak akan pernah tenang karena dia bertanggung jawab atas kematian saudara saya dan banyak anak-anak lainnya,” ungkap seorang anggota keluarga korban protes kepada Guardian.
Putri dari seorang ibu yang tewas dalam protes juga berbagi video kegembiraan mereka atas berita kecelakaan tersebut.
Bagi seorang aktivis politik, Taghi Rahmani, kematian Raisi tidak akan mengubah struktur kepemimpinan negara yang dikendalikan oleh Ayatollah Khamenei.
“Kita sekarang harus mencermati pertarungan politik internal yang akan terjadi,” tutur Rahmani, seperti dikutip Guardian.
Merespons aksi masyarakatnya, Teheran meningkatkan kehadiran militer di jalanan dan menyerukan peringatan dari polisi terhadap orang-orang yang merayakan kematian presiden.
“Banyak orang menyalakan kembang api dan mendengarkan musik sebagai tanda solidaritas,” ujar seorang reporter lokal kepada Guardian.
ADVERTISEMENT
“Pada masa berkabung akan terjadi beberapa penangkapan karena masyarakat tidak berminat untuk berkabung dan tidak mau mengikuti perintah. Suasana di sekitarnya sama sekali tidak menunjukkan kesedihan, dan orang-orang berharap orang lain akan mengalami nasib serupa,” lanjutnya.
Seorang pria menangis ketika warga Iran berkumpul di Valiasr Square di pusat kota Teheran untuk berduka atas kematian Presiden Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dalam kecelakaan helikopter, Senin (20/5/2024). Foto: Atta Kenare/AFP
Di sisi lain, ratusan orang terlihat menangis sambil mengacungkan poster bergambar Raisi di Valiasr Square di pusat kota Teheran, Senin (20/5).
Para pendukung kelompok ulama Syiah di Iran juga memuji Raisi.
"Dia adalah presiden yang pekerja keras. Warisannya akan bertahan selama kita masih hidup," kata seorang anggota milisi sukarelawan Basij di Qom, seperti dikutip Reuters.
Sejumlah warga Iran menangis saat berkumpul di Valiasr Square di pusat kota Teheran untuk berduka atas kematian Presiden Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dalam kecelakaan helikopter, Senin (20/5/2024). Foto: Atta Kenare/AFP
Ayatollah Khamenei menugaskan Wakil Presiden Pertama, Mohammad Mokhber, untuk menjalankan tugas sementara menjelang pemilu yang akan digelar dalam 50 hari ke depan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, Raisi akan dimakamkan di kampung halamannya, Masyhad, pada Kamis (23/5). Sementara upacara pemakamannya akan dilaksanakan dari Selasa hingga Kamis.
Ucapan belasungkawa datang dari kelompok-kelompok militan Palestina Hamas, Hizbullah Lebanon, dan Suriah. Semuanya adalah bagian dari "poros perlawanan" terhadap Israel.