Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak tawaran pengunduran diri Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne. Tawaran Borne muncul setelah Macron dan partainya dinyatakan gagal mempertahankan mayoritas suara dalam pemilu parlemen.
ADVERTISEMENT
Pihak Elysee Palace mengatakan, Borne kerap disalahkan oleh beberapa analitikus atas lesunya kepemimpinan kampanye Macron. Borne lantas menawarkan pengunduran dirinya dari kursi perdana menteri, namun Macron menolaknya.
Tak hanya Borne, Menteri Kesehatan dan Lingkungan juga berada di dalam posisi tertekan. Secara tradisi, ia harus mengundurkan diri, seperti yang dilakukan ketua parlemen dan kelompok parlemen Macron.
Meskipun koalisi Macron's Ensemble (Bersama) tetap menjadi partai terbesar setelah pemilihan Majelis Nasional pada Minggu (19/6/2022), koalisi itu telah kehilangan puluhan kursi dari mempertahankan mayoritas mutlak yang telah dinikmatinya selama lima tahun terakhir.
Aliansi Macron Bersama memenangkan 245 kursi, jauh dari 289 yang dibutuhkan untuk mayoritas keseluruhan, dalam pemungutan suara yang rendah yang menghasilkan tingkat abstain 53,77 persen.
ADVERTISEMENT
Menghadapi jalan buntu ini, Macron pun mengadakan sebuah pertemuan langka dengan ketua partai politik lain, termasuk oposisi utamanya, Marine Le Pen, pada Selasa (21/6/2022) di Elysee Palace. Ia berharap dengan dilaksanakannya pertemuan ini, ia dapat bertukar pikiran dan menemukan titik terang.
“Macron percaya pemerintah perlu tetap pada tugas dan tindakan dan presiden sekarang akan mencari solusi konstruktif untuk kebuntuan politik dalam pembicaraan dengan partai-partai oposisi,” kata seorang pejabat kepresidenan yang dirahasiakan identitasnya, dikutip dari AFP.
Dalam pertemuan tersebut, para pejabat berupaya mencari solusi untuk situasi yang dikabarkan belum pernah terjadi sebelumnya itu. Situasi itu berisiko menjerumuskan periode jabatan kedua Macron yang baru berjalan dua bulan ke pintu gerbang krisis.
Macron memulai diskusinya dengan berbicara dengan pemimpin partai sayap kanan Prancis, Partai Republik (LR), Christian Jacob. Diberitakan AFP, partai ini mengalami penurunan popularitas dalam beberapa bulan terakhir, namun dapat didekati oleh Macron untuk memberikannya tambahan suara.
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi tersebut, Macron memiliki beberapa pilihan. Yakni mencari anggota dan membentuk aliansi koalisi baru, meloloskan undang-undang berdasarkan perjanjian ad hoc, atau bahkan mengadakan pemilihan baru.
Salah satu opsi adalah aliansi dengan Partai Republik, yang memiliki 61 anggota parlemen.
Namun seusai pembicaraan, Jacob tampaknya menutup pintu pada solusi seperti itu. “Saya mengatakan kepada presiden bahwa tidak ada pertanyaan untuk memasuki apa yang bisa dilihat sebagai pengkhianatan terhadap pemilih kami,” ucap Jakob.
Pemimpin Partai Sosialis Olivier Faure dan Pemimpin Partai Komunis Fabien Roussel yang merupakan anggota aliansi sayap kiri Persatuan Populer Ekologis dan Sosial Baru (NUPES) dikabarkan akan bertemu Macron.
Pemimpin France Unbowed yang mengatur aliansi NUPES, Jean-Luc Melenchon, sebelumnya pada Senin (20/6/2022) mengusulkan untuk menjadikan NUPES sebagai blok sayap kiri permanen, tetapi tawaran itu segera ditolak oleh tiga partai NUPES lainnya.
ADVERTISEMENT
Melenchon diyakini akan mengirimkan perwakilannya ke pembicaraan Elysee dengan Macron pada Rabu keesokan harinya.