Presiden Meksiko: Minim Kasih Sayang Keluarga Picu Overdosis Narkoba di AS

18 Maret 2023 16:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador. Foto: Henry Romero/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador. Foto: Henry Romero/REUTERS
ADVERTISEMENT
Minimnya kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anaknya merupakan faktor utama meroketnya kasus overdosis narkoba di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Hal ini sehubungan dengan maraknya penyalahgunaan obat terlarang jenis fentanyl yang sekaligus menjadi pemicu banyaknya anak-anak di bawah umur tewas akibat overdosis.
Dikutip dari Associated Press, komentar tersebut disampaikan oleh Presiden Meksiko, Andrés Manuel López Obrador, dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (17/3). Kepada wartawan, dia membahas pandangannya soal krisis fentanyl di AS.
Menurut pemimpin berusia 69 tahun itu, para keluarga di AS yang tak mampu mendidik dan mengasihi anak-anaknya adalah pihak yang harus disalahkan atas tingginya kasus overdosis narkoba tersebut.
López Obrador menilai, para keluarga yang dimaksud kurang memeluk anak-anak mereka. Sehingga, anak-anak ini pun merasa kurang kasih sayang dan melampiaskannya ke narkoba — berujung pada terjadinya krisis fentanyl di AS.
ADVERTISEMENT
“Ada banyak disintegrasi keluarga, ada banyak individualisme, ada kurangnya cinta, persaudaraan, pelukan dan pelukan,” kata López Obrador.
Petugas polisi mengamankan narkoba yang disembunyikan di sebuah truk trailer di Mexico City, Meksiko. Foto: Sekretaris Keamanan Publik Meksiko/via REUTERS
“Itulah sebabnya mereka [para pejabat AS] harus mendedikasikan dana untuk mengatasi penyebabnya,” sambung dia.
López Obrador berargumen, nilai-nilai keluarga di AS telah rusak — lantaran orang tua tidak membiarkan anak-anak mereka tinggal di rumah dalam waktu yang cukup dan kasih sayang yang seharusnya masih bisa diperoleh menjadi terhenti.
Komentar López Obrador terbaru ini pun secara langsung menutup pernyataan provokatifnya dalam sepekan terakhir terkait krisis fentanyl di AS. Peringatan soal bagaimana bahayanya fentanyl sempat disampaikan oleh pihak AS sebelumnya.
Wakil Asisten Utama Sekretaris Biro Narkotika Internasional dan Urusan Penegakan Hukum AS, Lisa Anne Johnson, sempat membahas hal itu dalam sesi jumpa persnya di Kedutaan Besar AS di Jakarta pada Kamis (26/1).
ADVERTISEMENT
“Ya, Amerika Serikat memiliki masalah narkotika yang mengerikan dan sebagian besar saat ini yaitu opioid sintetis — khususnya fentanyl,” ujar Johnson.
Ilustrasi prostitusi dan narkoba. Foto: chayanuphol/Shutterstock
“Baru-baru ini saya mengetahui — dan ini adalah statistik yang mengerikan, bahwa penyebab utama kematian orang Amerika yang berusia antara 18 dan 49 tahun adalah overdosis obat terlarang,” sambung dia.
Fentanyl — opioid sintetis berbentuk pil, merupakan salah satu jenis narkoba yang sedang marak diperjualbelikan di AS. Proses pembuatannya pun cenderung mudah, tidak memerlukan lahan khusus seperti ganja atau kokain yang membutuhkan laboratorium.
Menurut otoritas AS, bahan baku fentanyl diimpor oleh Meksiko dan kerap diperdagangkan oleh kartel-kartel narkoba di negara Amerika Utara tersebut.
Fentanyl menjadi jenis narkoba yang paling populer, lantaran konon dapat membantu penggunanya untuk bekerja lebih keras dan meningkatkan fokus.
ADVERTISEMENT
Para pengedar kerap menyamakan bentuk fentanyl seperti obat-obatan medis yang lazim dikonsumsi secara luas, seperti Adderall, Xanax, Oxycodone, atau Percocet. Modus ini pula yang mengakibatkan pengedaran fentanyl lebih sulit dilacak.
Washington pun acap kali menyalahkan Meksiko atas sekitar 70.000 kasus kematian akibat overdosis setiap tahunnya di AS.