Presiden Senat Hun Sen Cerita Peran ASEAN Bawa Perdamaian Konflik Kamboja

5 Mei 2025 21:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Senat sekaligus mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen berpidato di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin (5/5/2025). Foto: Tiara Hasna/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Senat sekaligus mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen berpidato di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin (5/5/2025). Foto: Tiara Hasna/kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya yang penuh refleksi di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin (5/5), Presiden Senat Kamboja Hun Sen menyingkap sisi kelam sejarah hubungan ASEAN dan Kamboja.
ADVERTISEMENT
Ia bercerita bagaimana di masa lalu, beberapa negara ASEAN justru membantu memperpanjang konflik di negaranya—termasuk dengan memberi ruang bagi Khmer Merah, pelaku genosida.
Khmer merah merupakan organisasi sayap militer Partai Komunis Kamboja yang dipimpin diktator Pol Pot. Empat tahun memerintah, dari 1975-1979, rezim Khmer Merah membantai seperempat populasi Kamboja dengan sistemik melalui cita-citanya, membuat Kamboja jadi negara Sosialis-Agraris.
“Tanpa bantuan dari beberapa negara ASEAN, Khmer Merah seharusnya sudah lenyap lebih cepat,” ujar Hun Sen.
“Sebaliknya, mereka malah mendapat legitimasi dalam koalisi tiga pihak yang menduduki kursi Kamboja di PBB.”
Pernyataan ini bukan ditujukan sebagai tuduhan, melainkan sebagai pembuka jalan untuk mengapresiasi transformasi ASEAN.
Hun Sen menyebut, meski dulu ASEAN menolak mengakui pemerintah Phnom Penh yang dipimpinnya, ASEAN juga memainkan peran penting dalam mewujudkan perdamaian melalui pertemuan informal di Jakarta, yang dikenal sebagai Jakarta Informal Meeting (JIM) I dan II.
ADVERTISEMENT
“Presiden Soeharto tidak mengakui pemerintah saya saat itu, tapi beliau membuka ruang dialog,” tutur Hun Sen.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Indonesia dan Thailand, khususnya atas peran kunci dalam repatriasi hampir 400 ribu pengungsi Kamboja dan fasilitasi dialog damai yang akhirnya mengarah pada Pemilu 1993.
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-42 ASEAN , di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Rabu (10/5/2023). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Lebih jauh, Hun Sen menekankan prinsip non-interference adalah alasan utama mengapa Kamboja memilih bergabung dengan ASEAN.
Ia menyebut intervensi asing di masa lalu sebagai pemicu utama perang saudara dan kehancuran bangsanya, termasuk penggulingan Raja Norodom Sihanouk yang membuka jalan bagi konflik internal dan genosida.
“Orang bisa mati karena ideologi. Tapi ASEAN tidak dibangun di atas ideologi, melainkan realisme politik dan penghormatan terhadap kedaulatan,” ujar Hun Sen.
ADVERTISEMENT
Pidato ini disampaikan dalam rangka peringatan 26 tahun keanggotaan Kamboja di ASEAN.
Hun Sen menilai, keputusan bergabung dengan ASEAN bukan hanya langkah diplomatik, tapi juga strategis bagi arah pembangunan dan stabilitas jangka panjang Kamboja.
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Senat Kerajaan Kamboja Samdech Akka Moha Sena Padei Techo Hun Sen di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/5/2025). Foto: Dok. Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Hun Sen dijadwalkan berada di Indonesia selama tiga hari (5–7 Mei), dalam kunjungan resmi atas undangan Sekretariat ASEAN dan ERIA.
Selain bertemu Presiden Prabowo Subianto, ia juga menggelar pertemuan dengan Ketua DPR, DPD, Sekjen ASEAN, hingga para pelaku usaha kedua negara.