Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Presiden Singapura Halimah Yacob: Saya Presiden untuk Semua
13 September 2017 17:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Komisi pemilihan umum Singapura mengumumkan secara resmi Halimah Yacob terpilih sebagai presiden Muslimah Melayu pertama negara itu, Rabu (13/9). Halimah secara otomatis terpilih presiden setelah kandidat Melayu lainnya dianggap tidak memenuhi syarat.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya ada tiga calon presiden Singapura dari etnis Melayu. Namun dua orang calon Melayu gugur karena tidak memenuhi syarat sebagai kandidat dari pengusaha, yaitu belum mengantungi ekuitas saham setidaknya 500 juta dolar Singapura.
Etins Melayu mendapatkan jatah menjadi presiden tahun ini demi prinsip inklusivitas di Singapura yang multi-etnis. Halimah menjadi presiden wanita pertama Singapura dan presiden Melayu pertama negara itu sejak lebih dari 47 tahun.
Sebelumnya dia juga merupakan ketua parlemen wanita pertama Singapura ketika terpilih pada 2013. Rencananya Halimah akan dilantik sore ini.
Terpilihnya Halimah menuai kontroversi. Banyak yang menyayangkan presiden Singapura terpilih dengan alasan jatah, bukan dipilih melalui pemilu. Lantas tanda pagar #notmypresident ramai di Twitter Singapura.
ADVERTISEMENT
Jabatan presiden memang bukan kepala pemerintahan, lebih kepada simbol negara. Halimah menekankan bahwa dia akan menjadi presiden untuk semua warga Singapura, tidak hanya Melayu.
"Walau pemilihan ini telah ditetapkan [bagi Melayu], Tapi saya bukan presiden yang ditetapkan [untuk Melayu]. Saya adalah presiden untuk semua," kata Halimah dalam pidatonya di komisi pemilihan umum Singapura hari ini.
Warga Melayu terakhir yang menjadi presiden Singapura adalah Yusof Ishak yang sosoknya diabadikan pada uang kertas negara itu.
Yusof menjabat presiden antara 1965 dan 1970 di awal kemerdekaan Singapura. Kepala pemerintahan saat itu dijabat Lee Kuan Yew, perdana menteri pertama Singapura.